Rembang (ANTARA) - Desa Sendangasri berada di ujung timur wilayah Rembang, Jawa Tengah. Desa yang masuk dalam Kecamatan Lasem itu jauh dari pusat kota dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur.
Namun, di balik letaknya yang jauh dari hiruk-pikuk perkotaan, desa seluas 277,698 hektare ini menyimpan potensi besar di bidang seni dan budaya yang telah mengakar selama puluhan tahun.
Meski embrio menuju desa wisata seni dan budaya baru mulai dirintis pada tahun 2016, jejak seni di Sendangasri sesungguhnya telah tumbuh jauh lebih dulu.
Sekitar tahun 1971, kesenian tradisi seperti wayang kulit sudah hidup di tengah masyarakat. Bahkan, beberapa warga senior mengingat bahwa sejak era 1960-an, kehidupan seni sudah menjadi bagian dari identitas desa.
Pada masa pemberontakan partai komunis, desa ini bahkan dikenal sebagai komunitas dengan tradisi seni yang cukup kuat, salah satunya seni wayang orang, seni tari, dan karawitan.
Dahulu, hampir setiap warga di desa itu memiliki kemampuan menari atau memainkan alat musik tradisional. Seni bukan sekadar hiburan, tetapi bagian dari kehidupan sosial, meski mayoritas penduduk bekerja sebagai petani.Namun, seiring perubahan zaman, tradisi tersebut perlahan memudar. Anak-anak muda banyak yang tidak lagi mengenal alat musik tradisional, dan kegiatan seni semakin jarang dilakukan.
Tahun 2016 menjadi momen penting bagi Desa Sendangasri. Para pemuda desa menggagas pembangunan gapura bertuliskan "Kampung Seni Budaya". Niat awalnya sederhana, ingin menegaskan identitas desa yang memiliki akar seni kuat. Inilah titik ketika kesadaran untuk membangkitkan kembali jati diri desa mulai tumbuh.
Namun, seperti diakui Sekretaris Desa Wisata Sendangasri Rina Anggaraningrum, tiba-tiba muncul persoalan ketika ada tamu berkunjung, gapura seni sudah berdiri, tetapi aktivitas seni belum terlihat hidup.
Kondisi inilah yang akhirnya mendorong para pemuda dan pemudi desa untuk benar-benar menghidupkan kembali berbagai kesenian warisan leluhur. Seni yang sempat tertidur puluhan tahun kembali dirajut, mulai dari tari, karawitan, hingga wayang kulit.
Pada tahun 2020, mereka mengajukan pembentukan pengurus desa wisata kepada kepala desa, yang akhirnya disahkan melalui Surat Keputusan (SK) Pemerintah Desa Sendangasri. Langkah administratif ini menjadi pondasi awal kebangkitan seni Sendangasri.
Semangat warga Sendangasri terbayar ketika pada tahun 2021 mereka mengikuti Lomba Desa Wisata tingkat Kabupaten Rembang. Mereka meraih juara pertama.
Keberhasilan ini membawa desa memperoleh SK Desa Wisata dari Pemerintah Kabupaten Rembang. Prestasi kembali diraih pada tahun 2024 ketika Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sendangasri meraih juara pertama tingkat kabupaten. Setahun berikutnya, desa ini dinobatkan sebagai juara pertama Desa Wisata tingkat Provinsi Jawa Tengah tahun 2025.
Keberhasilan di tingkat provinsi mengantarkan Sendangasri menjadi wakil Jawa Tengah pada ajang desa wisata nasional yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Desa ini, lagi-lagi membuat warganya tersenyum karena berhasil menembus 30 besar kategori Wonderful 2025. Meskipun hasil final belum diumumkan, capaian tersebut memperlihatkan bahwa Sendangasri kini menjadi salah satu desa wisata berbasis seni yang mulai diperhitungkan secara nasional.
Rina berharap prestasi ini dapat membuka akses pembangunan yang lebih besar bagi desanya. Pasalnya, kondisi jalan menuju Sendangasri masih kurang memadai, begitu pula sarana dan prasarana pendukung kegiatan seni dan wisata.
Kepemimpinan Gubernur Jateng Ahmad Luthfi dan Wakil Gubernur Taj Yasin diharapkan juga turut membangkitkan semangat warga Desa Sendangasri dengan memperbaiki jalan dari jalan raya menuju desa.
Penjaga seni
Sendangasri tidak akan berkembang tanpa dukungan penuh dari masyarakatnya. Pelaku seni di desa ini jumlahnya ratusan, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa.
Ada 78 anak yang rutin berlatih tari, berasal dari jenjang TK hingga SMA. Untuk karawitan, sekitar 80 orang aktif berlatih, termasuk warga luar desa yang tertarik mempelajari seni tradisi. Seni ketoprak yang baru dihidupkan beberapa tahun terakhir juga melibatkan sekitar 30 warga.
Beberapa anak muda bahkan memilih melanjutkan studi ke perguruan tinggi dengan jurusan seni sebagai bentuk kecintaan mereka terhadap budaya desa. Regenerasi inilah yang membuat seni di Sendangasri tetap hidup dan tidak kehilangan warna aslinya.
Melihat antusiasme warganya, Pemerintah Desa Sendangasri memberikan dukungan nyata. Pada tahun 2017, desa membangun sanggar sebagai pusat aktivitas seni. Pembangunan pagar dan lantai juga didukung Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Sementara pada tahun 2020, desa menerima bantuan gamelan dari APBD Rembang, yang awalnya hanya pelog dan slendro, kini perlahan dilengkapi.
Sanggar seni menjadi tempat berlatih karawitan, tari, pedalangan, hingga ketoprak. Uniknya, para pelatih seni merupakan warga desa sendiri, sehingga pengetahuan budaya dapat benar-benar diwariskan dari generasi ke generasi.
Amin, selaku Kepala Desa Sendangasri mengisahkan kebangkitan seni desa tidak terlepas dari peran keluarga para seniman di desanya.
Dirinya mengakui banyak dibantu pamannya dan seniman lainnya yang memiliki kemampuan dan pengalaman mendalam dalam seni karawitan. Sebelum sanggar berdiri, rumah sang paman menjadi tempat latihan seni bagi anak-anak desa.
Kini, Sendangasri semakin mantap melangkah sebagai desa wisata seni dan budaya. Desa telah menyiapkan lahan seluas 20.000 meter persegi di tepi Jalan Pantura untuk dikembangkan sebagai sanggar seni terpadu sekaligus rest area.
Rencananya, area tersebut akan menjadi pusat pentas seni rutin yang bisa dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah.
Ke depan, Sendangasri diharapkan mampu menjadi desa wisata seni budaya yang tidak hanya melestarikan tradisi, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakatnya.
Dengan sejarah panjang, komunitas seni yang kuat, dan dukungan berbagai pihak, perjalanan Sendangasri tampaknya baru dimulai. Desa kecil di ujung Rembang kini bersiap menjadi panggung besar bagi seni tradisi Jawa yang ada di Provinsi Jawa Tengah.
Editor: Sapto Heru Purnomojoyo
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

















































