Sejarawan: Koleksi sejarah Perpusnas perlu disusun secara kronologis

2 hours ago 1
Belanda dalam sejarah punya tujuan untuk merendahkan para pejuang. Sebagai contoh yakni publikasi mengenai Pangeran Diponegoro di tahun 1842

Jakarta (ANTARA) - Sejarawan dan Penulis Mustaqim Asteja menyatakan pentingnya Perpustakaan Nasional (Perpusnas) menyusun secara kronologis koleksi-koleksi sejarah yang selama ini dimiliki dan mengelolanya dalam bentuk digital agar bisa diakses secara luas oleh masyarakat.

"Memori-memori yang dibuat oleh Belanda tidak bisa secara serta merta dipercaya, perlu ada publikasi pendukung lain sebagai bahan pembanding. Perpusnas memiliki koleksi yang cukup lengkap untuk digunakan dalam membuat sejarah secara kronologis, bahan publikasi seperti ini terbit dari 1814 sampai 1942," katanya dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu.

Ia menyampaikan hal tersebut dalam Diskusi Publik 200 Tahun Perang Jawa "Pejuang, Pengasingan, dan Pembentukan Memori" pada Senin (22/9).

Menurutnya, sejarah pasti selalu berkaitan dengan tokoh, peristiwa, tempat, dan waktu. Akan tetapi, ia mengingatkan dalam memahami sejarah, masyarakat harus arif dalam memilah dari berbagai sumber.

Baca juga: Museum NTB pamerkan koleksi sejarah gunung purba di Rinjani Color Run

Ia menilai, Belanda dalam sejarah punya tujuan untuk merendahkan para pejuang. Sebagai contoh yakni publikasi mengenai Pangeran Diponegoro di tahun 1842.

"Pangeran Diponegoro disebut Belanda sebagai pengkhianat negara dan pembuat onar," ujarnya.

Mustaqim menegaskan seluruh koleksi di Perpusnas bisa menjadi pembuktian sekaligus meluruskan sejarah yang dibuat di masa kolonial.

"Koleksinya di Perpusnas, dan bisa diteliti untuk membuat sejarah secara kronologis, baik sejarah daerah atau sebagai jalan masuk menyusuri arsip yang lebih dalam, melalui penelusuran digital," ucapnya.

Sementara itu, Sekretaris Utama Perpusnas Joko Santoso membenarkan bahwa koleksi yang digunakan dalam kegiatan tersebut merupakan koleksi dengan konten sejarah yang ada di Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara.

Baca juga: Mengulas jejak sejarah dan koleksi Museum Negeri Provinsi Sulut

"Koleksi-koleksi tersebut meliputi koleksi majalah langka, surat kabar langka, buku langka, naskah kuno, audio visual dan mikrofis/microfilm, foto, peta, serta lukisan yang telah didigitalkan yang terdapat dalam platform koleksi langka digital Khastara," ujarnya.

Melalui platform tersebut, publik dapat mengakses berbagai sumber primer yang memberikan perspektif mendalam mengenai Perang Diponegoro, mulai dari latar belakang, jalannya pertempuran, hingga dampaknya terhadap tatanan masyarakat pasca-perang.

"Pemanfaatan teknologi digital ini tidak hanya memastikan kelestarian materi langka tersebut dari kerusakan fisik, tetapi juga memperluas jangkauan akses bagi peneliti, akademisi, dan masyarakat umum yang tertarik untuk menggali sejarah nasional secara lebih mendalam dan kritis," tuturnya.

Baca juga: BRIN tekankan pelestarian koleksi ilmiah demi pemajuan ilmu dan budaya

Dalam kesempatan yang sama, Sejarawan dan Peneliti Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erwiza Erman mengatakan dampak dari perang di Nusantara memiliki efek yang jauh lebih dahsyat bagi Indonesia dari tragedi perang itu sendiri.

"Makna heroik, keteguhan moral, jiwa nasionalisme, kepemimpinan inklusif, etika, dan pluralisme tetap hidup melalui ritual, simbol, dan interpretasi kontemporer setiap generasi," kata Erwiza.

Bagi pemerintah kolonial, lanjut dia, pengasingan para pahlawan merupakan salah satu jalan untuk menjauhkan para tokoh dari daerah asal untuk memutus rantai pengaruh dan mematikan ide perlawanan terhadap penjajah.

Baca juga: Perpusnas utamakan penyediaan koleksi digital di tengah efisiensi

Pustakawan Ahli Madya Perpusnas, Atikah, mengemukakan bahwa Perpusnas memiliki keragaman koleksi yang dapat diakses baik dengan cara datang langsung maupun secara digital.

"Koleksi buku langka dapat ditemukan di lantai 14, foto, peta, dan lukisan di lantai 16, koleksi audio visual di lantai 8, serta majalah terjilid di lantai 23 Gedung Perpusnas. Sedangkan koleksi surat kabar langka dari lantai 7C sampai 9, dan koleksi kliping CSIS di lantai 7B Perpusnas Salemba," tuturnya.

Selain Khastara, Atikah menerangkan pemustaka juga dapat mengakses koleksi melalui Opac Perpusnas dan e-Resources, juga melalui Whatsapp dan e-mail setiap kelompok layanan yang ada di setiap substansi koleksi klasika.

Baca juga: Perpusnas sebut kemampuan pustakawan bernarasi bisa hidupkan koleksi

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |