Jakarta (ANTARA) - Rumah Sakit Kapal Nusa Waluya II ditargetkan melayani hingga 10 ribu warga di tujuh distrik wilayah Pulau Waigeo Utara, Papua Barat Daya selama 60 hari operasional hingga Agustus 2025.
Layanan kesehatan tersebut merupakan hasil kolaborasi antara Yayasan Dokter Peduli/ doctorSHARE dengan PT Pertamina International Shipping (PIS) untuk masyarakat di kawasan kepulauan yang notabene masuk dalam kategori 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).
Ketua Yayasan Dokter Peduli/doctorSHARE, Tutuk Utomo dalam keterangan di Jakarta, Sabtu, mengatakan bahwa keberadaan rumah sakit kapal ini menjadi solusi inovatif untuk membuka akses kesehatan bagi masyarakat di wilayah 3T.
Baca juga: KRI WSH-991 tuntaskan misi kemanusiaan di Vanuatu lanjut ke PNG
“Dengan adanya rumah sakit kapal, kapal bukan hanya menjadi sarana transportasi, tetapi juga menjembatani pelayanan kesehatan yang benar-benar dibutuhkan masyarakat,” kata dia.
Kapal seluas sekitar 900 meter persegi itu dilengkapi berbagai fasilitas medis penting, seperti ruang operasi mayor, IGD, ruang bersalin, laboratorium, radiologi, ruang rawat inap dengan total 21 tempat tidur, serta sembilan klinik spesialis dan umum.
Tutuk menjelaskan bahwa sejak mulai beroperasi di Waigeo Utara pada 10 Juni 2025, Rumah Sakit Kapal Nusa Waluya II telah melayani lebih dari 1.300 pasien, termasuk menangani kasus-kasus kritis.
Adapun salah satunya operasi sesar darurat dengan janin terlilit tali pusat, yang kemungkinan selamatnya sangat kecil jika tidak segera ditangani.
Baca juga: Miliki 102 kapal, layanan armada PIS makin tangguh dan andal
"Seluruh pelayanan kesehatan diberikan kepada masyarakat tanpa biaya. Sebanyak 35 tenaga medis bertugas penuh di kapal, terdiri atas dokter umum, dokter spesialis, perawat, bidan, dan apoteker," kata dia.
Sementara itu Corporate Secretary PIS, Muhammad Baron, mengatakan bahwa kerja sama PIS dengan doctorSHARE merupakan bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan melalui inisiatif "BerSEAnergi untuk Laut".
Program ini juga mendukung penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) serta sejumlah target Sustainable Development Goals (SDGs), yang menurut Baron di antaranya seperti SDG 3 tentang kesehatan yang baik, SDG 10 tentang pengurangan ketimpangan, dan SDG 14 tentang ekosistem laut.
“Kami ingin kapal ini juga menjadi sarana pelayanan publik yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat, khususnya di daerah dengan akses terbatas,” kata dia.
Baca juga: Jaga kelestarian laut, PIS tanam 3.000 bibit lamun
Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.