Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia mendapat pendanaan dari Asia Zero Emission Community (AZEC) senilai 500 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau Rp8,21 triliun (kurs: Rp16.429 per dolar AS) untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Muara Laboh Unit 2, di Solok, Sumatera Barat.
Hal itu disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menghadiri seremoni penandatanganan finalisasi pembiayaan (financial close) antara PT Supreme Energy Muara Laboh dan Japan Bank for International Cooperation.
“Hari ini showcase-nya yang sudah jalan adalah PLTP Muara Laboh di Solok, Sumatera Barat dengan financial close, ini (berkapasitas) 88 MW (megawatt) dengan nilai proyek mendekati 500 juta dolar AS,” kata Airlangga dalam konferensi pers, di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin.
Penandatanganan financial close ini memperkuat kolaborasi strategis dalam energi berkelanjutan dan pembangunan infrastruktur ramah lingkungan, khususnya melalui kerangka kerja sama AZEC.
Proyek PLTP Muara Laboh Unit 2 ditargetkan beroperasi secara komersial (COD) pada 2027 mendatang. Sementara, ekspansi untuk Unit 3 Muara Laboh yang berkapasitas 60 MW ditargetkan beroperasi pada 2033 mendatang.
Selain itu, Pemerintah terus mendorong percepatan debottlenecking beberapa proyek AZEC, seperti proyek Legok Nangka Waste-to-Energy, Sustainable Aviation Fuel, PLTP Sarulla, dan Proyek Jaringan Transmisi Jawa-Sumatera, sehingga menjadi siap menuju tahap komersialisasi.
Adapun seremonial financial close hari ini juga dihadiri Anggota Parlemen dan mantan Perdana Menteri Jepang 2021-2024 sekaligus Utusan Khusus Perdana Menteri Jepang untuk AZEC Fumio Kishida sebagai tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya antara Presiden Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Shigeru Ishiba.
Pertemuan bilateral ini juga menegaskan kembali pentingnya kemitraan Indonesia-Jepang untuk menciptakan masa depan yang hijau, adil, dan berketahanan di tengah dinamika ekonomi global.
Dari aspek hubungan perdagangan dan investasi, kedua negara terus menunjukkan peningkatan signifikan.
Pada 2024, volume perdagangan bilateral mencapai 35 miliar dolar AS, dan investasi Jepang di Indonesia tercatat sebesar 3,5 miliar dolar AS, meningkat 52 persen dibandingkan tahun 2021.
Jepang menjadi sumber investasi terbesar keenam Indonesia, dengan lebih dari 12.000 proyek di berbagai sektor strategis.
“Angka investasi tersebut merupakan kepercayaan dan keyakinan yang diberikan perusahaan Jepang kepada Indonesia,” ujar Airlangga.
Airlangga juga menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Jepang dalam memajukan energi hijau, mendorong inovasi, dan ketahanan ekonomi yang lebih luas.
“Indonesia sangat menghargai komitmen dan kepemimpinan Jepang dalam pembangunan berkelanjutan, terutama dalam inisiatif seperti AZEC dan kerja sama bilateral lainnya. Pertumbuhan yang luar biasa ini adalah bentuk komitmen kedua negara untuk membina kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan sehingga membuka jalan bagi kesejahteraan bersama,” ujar dia pula.
Pertemuan bilateral ini mempertegas posisi Indonesia sebagai mitra prioritas Jepang dalam kerangka AZEC, saat ini terdapat 175 nota kesepahaman yang dibuat oleh pelaku usaha kedua negara.
Pemerintah Indonesia dan Jepang berkomitmen untuk terus mendorong terwujudnya pembangunan proyek rendah emisi dari nota kesepahaman tersebut, termasuk upaya mengurai berbagai hambatan implementasi proyek-proyek AZEC, dengan pendekatan lintas sektor dan kemitraan publik-swasta yang kuat.
Ia melanjutkan, proyek-proyek ini diharapkan dapat mencerminkan komitmen kedua negara dalam mempercepat transisi energi bersih dan pembangunan ekonomi hijau.
“Kunjungan mantan Perdana Menteri ini menegaskan komitmen kuat Indonesia dan Jepang untuk bekerja sama di masa depan yang berkelanjutan dan rendah karbon,” katanya lagi.
Baca juga: Pengembangan PLTP Muara Laboh II dimulai tahun ini
Baca juga: PLTP Muara Laboh I serap 1.800 tenaga kerja
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025