Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Pulau Seribu meyakinkan warga Pulau Pramuka bahwa Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat (SPALDT) di daerah itu dapat menciptakan lingkungan sehat, sekaligus sebagai destinasi wisata.
“Kami melakukan sosialisasi pencemaran lingkungan akibat limbah domestik, terutama kontaminasi bakteri E.coli yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat,” kata Kepala Suku Dinas Sumber Daya Air (Sudin SDA) Kepulauan Seribu Mustajab di Jakarta, Senin.
Ia menjelaskan bahwa air tanah yang tercemar limbah domestik sangat berisiko dan jika tidak ditangani, bisa menyebabkan berbagai penyakit, bahkan mencemari laut yang berdampak pada sektor pariwisata.
Menurut dia, saat ini sistem SPALDT di Pulau Pramuka terbagi dalam lima zona pelayanan dengan kapasitas pengolahan antara 30–45 meter kubik per hari.
Namun, seiring pertumbuhan penduduk, timbulan air limbah diperkirakan meningkat dari 211-meter kubik per hari menjadi 373 meter kubik per hari pada 2044.
“Untuk itu, Sudin SDA meningkatkan kapasitas hingga 400-meter kubik per hari dengan pembangunan delapan tangki pengolahan berteknologi aerob dan an aerob,” katanya.
Menurut dia, sistem ini akan dilengkapi dengan jaringan perpipaan terpusat yang menghubungkan zona-zona permukiman ke satu titik pengolahan utama di bagian belakang pulau.
Selain mendukung kesehatan lingkungan, program ini juga mendukung citra Pulau Pramuka sebagai destinasi wisata yang bersih dan nyaman.
“Pembangunan sistem pengolahan air limbah ini ditargetkan rampung pada akhir Desember tahun ini," katanya.
Ia tak merinci berapa nilai anggaran untuk proyek tersebut.
Belum optimal
Sementara Warga Pulau Pramuka, Hasbullah (46) mengatakan pengerjaan proyek belum optimal karena menggunakan peralatan yang masih konvensional.
“Harusnya bisa menggunakan teknologi seperti jet 'pump' agar lebih efisien,” kata dia.
Masyarakat berharap agar peningkatan SPALD benar-benar menjadi solusi atas masalah sanitasi yang ada dan memberikan dampak nyata terhadap kualitas hidup di Pulau Pramuka.
Ia juga menekankan pentingnya pengawasan dan evaluasi kualitas proyek agar tidak hanya mengutamakan anggaran, tetapi juga manfaat jangka panjang.
“Kalau proyek ini tidak berkualitas, yang rugi kami sebagai warga yang tinggal di sini. Hidup kami, anak cucu kami akan terdampak," katanya.
Baca juga: Pemkab siapkan DED pembangunan SPLAD kelola limbah di Pulau Panggang
Baca juga: Pemprov dan DPRD sepakati Raperda Pengelolaan Air Limbah Domestik
Baca juga: Perda Pengelolaan Air Limbah Domestik kurangi warga BABS
Pewarta: Mario Sofia Nasution
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.