Jayapura (ANTARA) - Kepala Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan (DP2KP) Provinsi Papua Selatan Paino mengatakan, program optimalisasi lahan pertanian di Papua Selatan telah membuka 30 ribu hektare lahan persawahan dari target 40 ribu hektare.
"Memang di tahun 2024, lahan yang dibuka hanya seluas 30 ribu hektare karena sisa lahan yang 10 hektare itu ditumbuhi kayu-kayu besar sehingga butuh alat berat," kata Kadis DP2KP Papua Selatan Paino kepada ANTARA yang dihubungi dari Jayapura, Rabu.
Paino mengatakan, untuk sisa target yang harus dibuka itu akan dikerjakan di tahun 2025, berbarengan dengan pembukaan lahan yang menjadi target di tahun 2025 yakni seluas 10 ribu hektare, sehingga seluruhnya tercatat 20 ribu hektare.
Lahan -lahan yang dibuka itu nantinya akan dijadikan lahan persawahan dan ditanami dengan padi yang tersebar di Distrik Merauke, Jagebob, Semangga, Kurik, Malind dan Tanah Miring.
"Mudah-mudahan target Merauke menjadi lumbung padi di kawasan tertimur Indonesia dapat terwujud sehingga tidak lagi memasok beras dari luar," harap Paino.
Baca juga: Mentan dan Menkeu tinjau progres cetak sawah di Wanam Merauke
Baca juga: Presiden Prabowo tinjau lahan percontohan untuk lumbung pangan Merauke
Sebelumnya Pakar pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Prof Totok Agung Dwi Haryanto menilai program pencetakan sawah baru, yang dilaksanakan pemerintah di Merauke, Papua Selatan, seharusnya berhasil dengan mempelajari kegagalan proyek sebelumnya.
Menurut Guru Besar Bidang Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Unsoed itu, bangsa Indonesia sudah punya pengalaman panjang dalam perluasan area tanam padi di antaranya proyek satu juta hektare lahan gambut pada masa orde baru, proyek Merauke Integrated Rice Estate (MIRE) pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan program Food Estate di Kalimantan pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, dan dicoba kembali pencetakan sawah baru di Merauke.
Ia mengatakan suatu program kerja atau kegiatan yang dilakukan berulang dan secara kebetulan belum berhasil secara maksimal, hal itu bukan berarti bahwa ke depan akan gagal lagi.
"Yang penting bagaimana kita itu fokus pada kajian, faktor-faktor apa yang menyebabkan kegagalan program-program terdahulu," katanya.
Ia menilai dalam kegiatan-kegiatan sebelumnya, orientasinya dilakukan dengan pendekatan program, sehingga ke depan sebaiknya diganti dengan pendekatan kesejahteraan dan pemberdayaan.
"Dalam pertanian, teknologi memang penting, tapi bukan yang utama, karena yang utama di dalam pertanian itu adalah kesejahteraan masyarakat," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, pendekatan untuk membangun sawah baru di Merauke perlu mempertimbangkan aspek budaya karena pertanian bukan agriteknologi melainkan agrikultur.
Dengan demikian, lanjut dia, perlu dilakukan melalui pendekatan budaya agar masyarakat lokal bisa lebih siap lagi menerima budaya pertanian tersebut.
Baca juga: Jhonlin Grup siap bangun infrastruktur proyek cetak sawah di Merauke
Baca juga: Kementan pacu percepatan tanam padi di Papua Selatan dengan teknologi
Baca juga: Mentan pastikan pertanian di Merauke dilakukan secara modern
Pewarta: Evarukdijati
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2025