Banjarmasin (ANTARA) - Politeknik Negeri Banjarmasin (Poliban) Kalimantan Selatan siap berkolaborasi menciptakan inovasi penanganan sampah untuk mewujudkan Banjarmasin Green City.
Ketua Jurusan Teknik Sipil dan Kebumian Poliban Dr. Reza Adhi Fajar di Banjarmasin, Kamis, menyampaikan, sebagai kampus vokasi, Poliban selalu berupaya menciptakan berbagai inovasi dan terobosan, salah satunya untuk penanganan sampah yang menjadi masalah saat ini di Kota Banjarmasin.
Kota Banjarmasin, ungkap dia, sedang berjuang untuk mengatasi darurat sampah akibat ditutupnya Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS) Basirih oleh Kementerian Lingkungan Hidup sejak Februari 2025.
"Kita ingin berpartisipasi untuk penanganan darurat sampah ini, sehingga cepat selesai, kemudian bersama mewujudkan menjadi kota hijau dan bersih," ujarnya.
Sebenarnya, kata dia, Poliban telah memiliki bank sampah yang berperan dalam pengelolaan sampah di lingkungan kampus. Sebagai salah satu upaya untuk pengelolaan sampah yang lebih baik.
"Jika sebelumnya kami hanya mengumpulkan sampah dan menyerahkannya ke TPS Banjarmasin, kini kami berupaya mengelolanya menjadi produk bermanfaat seperti paving block, komponen elektronik atau produk bisnis lainnya," kata Reza.
Sebagaimana langkah kolaborasi lebih besar lagi, pihaknya pun telah melaksanakan diskusi dengan pemerintah kota melalui Dinas Lingkungan Hidup Kota Banjarmasin dan Bank Sampah Induk Banjarmasin.
"Kami sangat mengharapkan masukan dari Pemerintah Kota Banjarmasin dan Bank Sampah Induk terkait pengelolaan sampah yang lebih baik," ujarnya.
Baca juga: Poliban sulap limbah plastik jadi energi alternatif cor logam
Oleh karena itu, diskusi tersebut diberi tema "Inovasi dan Kolaborasi Pengelolaan Sampah Menuju Banjarmasin Green City".
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Banjarmasin Alive Yoesfah Love menyampaikan dukungan terhadap kolaborasi untuk mewujudkan Banjarmasin Green City.
Dia pun berharap sinergi tersebut dapat melahirkan teknologi tepat guna untuk mengefisiensi pengelolaan sampah di kota.
"Permasalahan yang belum banyak terselesaikan adalah pengolahan sampah organik, khususnya di bidang pertanian," ujarnya.
Menurut Alive, proses pengomposan biasanya membutuhkan waktu cukup lama, bahkan hingga satu bulan.
"Ini menjadi PR kita bersama untuk menemukan cara mencacah dan mengeringkan sampah agar prosesnya lebih cepat. Jika sampah organik bisa tertangani dengan baik, maka persoalan sampah di Banjarmasin dapat teratasi, karena 52 persen sampah di kota ini merupakan sampah organik," katanya.
Alive menambahkan, keterbatasan tempat penampungan sampah juga menjadi kendala.
Oleh karena itu, melalui diskusi dengan Poliban ini diharapkan muncul solusi bersama untuk mempercepat pematangan sampah organik menjadi pupuk atau produk lain yang bermanfaat.
Baca juga: Poliban bantu deteksi tingkat pencemaran air lindi TPAS Basirih
"Kami, khususnya dari DLH Kota Banjarmasin sangat terbuka terhadap berbagai masukan. Harapannya, sejak sekarang kita bisa merencanakan pengelolaan anggaran bersama agar kerja sama ini dapat menghasilkan yang terbaik bagi Kota Banjarmasin," katanya.
Pewarta: Sukarli
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.