Jakarta (ANTARA) - Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia Esra Erkomay menyampaikan bahwa penyakit pernafasan kronis seperti penyakit paru obstruktif kronik, asma, penyakit paru akibat kerja, dan hipertensi pulmonal masih menjadi tantangan besar di berbagai belahan dunia, terutama Asia.
Sebagaimana dikutip dalam siaran pers perusahaan di Jakarta, Rabu, Esra menyampaikan bahwa Asia Tenggara, Asia Timur, dan Oseania menempati posisi kedua tertinggi secara global dalam hal angka kematian dan tahun kehidupan yang hilang akibat penyakit pernapasan kronis.
Dari tahun 1980 hingga 2020, kawasan Asia Tenggara, Asia Timur, dan Oseania menghadapi angka kematian dini tertinggi akibat paparan partikel udara halus (PM2.5).
Risiko penyakit pernafasan kronis (Chronic Respiratory Diseases/CRD) semakin besar akibat kebiasaan merokok, polusi udara di dalam dan luar ruangan, serta paparan zat berbahaya di tempat kerja.
Hampir 470 juta orang di dunia hidup dengan CRD pada 2021 dan penyakit ini menyebabkan 4,5 juta kematian setiap tahun.
Lebih dari 65 juta orang terdampak CRD di Asia, termasuk di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, dan Vietnam.
Meskipun prevalensinya tergolong tinggi, penyakit pernafasan kronis belum masuk dalam prioritas utama kebijakan kesehatan nasional maupun regional.
Akibatnya, intervensi yang tersedia belum sepadan dengan besarnya beban yang ditimbulkan.
Baca juga: Waspadai tanda-tanda asma pada anak
Baca juga: Langkah-langkah meredakan gejala asma pada anak
Di Indonesia, penyakit pernapasan kronis juga menjadi masalah yang kian mengkhawatirkan.
Data tahun 2021 menunjukkan prevalensi asmanya 2,35 persen, prevalensi penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) 1,88 persen, dan prevalensi CRD secara keseluruhan mencapai 4,19 persen.
Esra mengemukakan bahwa penanganan penyakit pernafasan kronis membutuhkan pendekatan kebijakan yang lebih terintegrasi dan berkelanjutan.
"Penguatan riset dan data tentang dampak perubahan iklim serta polusi udara terhadap CRD dapat mendorong kolaborasi lintas sektor, antara bidang kesehatan, lingkungan, dan pembangunan," katanya.
Sebagai salah satu mitra pemerintah, AstraZeneca Indonesia mendukung penerapan pedoman Global Initiative for Asthma (GINA) 2025.
Perusahaan juga membantu peningkatan pelayanan kesehatan, antara lain dengan mengedukasi tenaga kesehatan dan masyarakat serta meningkatkan akses terhadap terapi untuk pasien asma dan PPOK.
Guna mendukung upaya edukasi, platform digital nafaslega.id dan stopketergantungan.id disediakan sebagai sumber informasi seputar asma dan terapi inhalasi.
Baca juga: Kenali gejala penyakit asma dan cara menanganinya
Baca juga: Dokter: Pasien asma disarankan berkumur usai gunakan inhaler
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.