Jakarta (ANTARA) - Dokter Spesialis Anak yang juga Ahli Gastro Hepatologi jebolan Universitas Indonesia Dr. dr Ariani Dewi Widodo Sp.A(K) menyarankan para orang tua disarankan untuk memilih susu yang mengandung probiotik dan bebas dari sukrosa, jenis gula yang terdiri dari glukosa dan fruktosa yang sering ditambahkan dalam susu.
“Berikan nutrisi yang mengandung probiotik supaya saluran cerna kembali seimbang karena harusnya probiotik itu 85 persen dari bakteri yang ada di dalam usus, kita kasih probiotik supaya probiotiknya ini tumbuh dengan baik, namanya prebiotik, prebiotik itu macam-macam jenisnya yang jelas dia serat pangan, contohnya salah satunya inulin,” kata dia pada konferensi pers LACTOGROW di Jakarta, Kamis (24/4).
Ariani menyebut, inulin termasuk dalam kelompok prebiotik, yaitu jenis serat yang dapat menjaga jumlah bakteri sehat pada usus. Hal ini membuat inulin memiliki banyak manfaat untuk kesehatan tubuh, mulai dari mencegah sembelit hingga mencegah risiko terkena kanker usus besar.
Baca juga: Studi sebut probiotik dapat bantu kurangi emosi negatif
Baca juga: Manfaat probiotik dan prebiotik untuk sistem pencernaan
Probiotik memiliki peran penting
dalam menjaga keseimbangan mikrobiota usus. Ketika keseimbangan bakteri dalam sistem pencernaan terganggu, anak bisa lebih rentan terhadap gangguan pencernaan, penurunan daya tahan tubuh, bahkan masalah metabolisme.
Orang tua juga diminta untuk waspada terhadap konsumsi gula, terutama sukrosa. Gula berlebih tidak hanya berdampak buruk bagi pencernaan, tetapi juga bisa meningkatkan risiko diabetes pada anak.
“Jadi kalau bisa berikan susu yang sangat rendah atau tanpa sukrosa. Sukrosa ini indeks glikemiknya itu tinggi sehingga itu yang menyebabkan gula darah akan gampang spiking ke atas, makanya kalau kita berikan jenis yang lain yang lebih aman contohnya laktosa, mungkin dia tidak terlalu menaikkan gula darah se ekstrim kalau kita memberikan sukrosa,” ujar Ariani.
Sukrosa belum bisa menghasilkan energi. Sukrosa harus dihancurkan dulu dalam tubuh menjadi bentuk paling sederhana, yakni jadi glukosa dan fruktosa. Kemudian barulah bagian glukosa tersebut bisa diproses lagi hingga menghasilkan energi.
Baca juga: Studi: Asupan probiotik hadirkan harapan baik bagi anak dengan ASD
Baca juga: Dokter ungkap perbedaan alergi susu dan intoleransi laktosa pada anak
Pewarta: Pamela Sakina
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2025