Pengamat soroti megaproyek baterai EV kerja sama Indonesia-China

2 months ago 25

Jakarta (ANTARA) - Indonesia dan China telah memasuki babak baru dalam kerja sama di sektor kendaraan energi baru (new energy vehicle/NEV) melalui proyek baterai listrik hasil kolaborasi sejumlah perusahaan dari kedua negara, yang diluncurkan langsung oleh Presiden Republik Indonesia (RI) Prabowo Subianto di Karawang, Provinsi Jawa Barat, pada Sabtu (29/6) pekan lalu.

Para pakar menyebut megaproyek senilai hampir 6 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp16.231) ini akan memberikan dorongan positif terhadap perkembangan ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di dalam negeri.

Proyek ini mencakup ekosistem baterai listrik yang terintegrasi dari hulu hingga hilir, meliputi pembangunan smelter nikel, pabrik katoda, fasilitas produksi baterai, hingga unit daur ulang.

Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan bahwa produksi baterai secara domestik dapat mendorong perkembangan pasar EV di Indonesia.

"Apabila kita bisa membuat baterai sendiri di dalam negeri, maka ada potensi penurunan biaya impor. Dengan demikian, biaya produksi menurun dan nantinya bisa memengaruhi penurunan harga mobil listrik di masyarakat," ujarnya kepada Xinhua.

Harga yang semakin terjangkau akan mendorong minat masyarakat untuk beralih ke EV. Selain itu, momentum popularitas EV di dalam negeri masih terus berlanjut, yang ditunjukkan oleh pertumbuhan pengiriman dari penjualan wholesale (pabrik ke diler) yang mencapai 150 persen tahun lalu, saat penjualan mobil secara keseluruhan justru mengalami penurunan sebesar 14 persen.

Senada dengan Yusuf, Direktur Desk China-Indonesia di Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Muhammad Zulfikar Rakhmat menyebutkan bahwa kerja sama dalam megaproyek baterai listrik ini akan memberikan sejumlah dampak positif, antara lain memperkuat rantai pasokan industri EV di dalam negeri serta memangkas harga mobil listrik.

"Ini menjadi fondasi penting untuk Indonesia agar bisa menjadi pemain utama di industri EV global," sebut Zulfikar.

Kerja sama ini melibatkan perusahaan-perusahaan Indonesia, yakni PT Aneka Tambang (ANTAM) dan Indonesia Battery Corporation (IBC), dengan Konsorsium CATL, Brunp, Lygend (CBL) yang terafiliasi CATL. Zulfikar mengatakan bahwa kemitraan ini akan semakin memperkuat kerja sama bilateral antara Indonesia dan China di bidang industri dan energi hijau.

Ekosistem baterai listrik ini diklaim akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Selain pabrik baterai, megaproyek ini juga mencakup sejumlah proyek lain yang berlokasi di Halmahera Timur dan Maluku Utara, seperti pertambangan nikel, smelter pirometalurgi dan hidrometalurgi, pabrik bahan katoda, serta fasilitas daur ulang baterai.

Sementara itu, pabrik baterai yang berlokasi di Karawang direncanakan mulai beroperasi tahun depan. Fasilitas ini diharapkan dapat memasok baterai untuk 300 ribu unit mobil listrik per tahun jika sudah beroperasi penuh. Pabrik ini juga disiapkan untuk memproduksi baterai bagi kebutuhan panel surya.

Pewarta: Xinhua
Editor: Imam Budilaksono
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |