Peneliti: Kopdes merah putih berpotensi untung karena pasarnya jelas

2 months ago 18

Jakarta (ANTARA) - Peneliti Centre on Reform on Economics (CORE) Eliza Mardian menilai model bisnis seperti koperasi desa merah putih, yang berfokus pada penyediaan barang konsumsi pokok, memiliki potensi besar meraup keuntungan karena pasarnya sudah jelas.

Menurut dia, masyarakat akan selalu membutuhkan dan membeli barang konsumsi pokok, apalagi jika harganya lebih murah.

"Ditambah lagi barang-barang kebutuhan pokok tersebut langsung dipasok oleh produsennya, ini akan memangkas rantai distribusi, ketersediaannya dapat terjaga, dan harganya relatif stabil," katanya kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.

Ia menambahkan harga kebutuhan pokok yang dijual akan lebih murah karena mendapatkan pasokan langsung dari produsen besar seperti BUMN Pertamina, Bulog, dan Pupuk Indonesia.

Eliza menjelaskan jalur pasokan langsung ini memungkinkan pemangkasan rantai distribusi hingga 2-3 lapis.

Efeknya, biaya yang sebelumnya menjadi margin bagi perantara atau middleman bisa dipangkas 15-20 persen.

"Model bisnis kopdes merah putih ini kan koperasi distribusi yang mengandalkan margin rendah, tapi volume tinggi. Model bisnis ini mirip dengan ritel modern seperti minimarket desa," ujarnya.

Dengan estimasi rata-rata 3.000-5.000 penduduk per desa, koperasi ini akan mampu meraih pendapatan dari berbagai lini bisnis.

Menurut Eliza, melalui penjualan LPG 3 kg saja, kopdes merah putih berpotensi menghasilkan untung sebesar Rp1-3 juta bulan.

Hal ini didasarkan pada perhitungan kasar dari penjualan sekitar 500 hingga 1.000 tabung 3 kg per bulan, dengan keuntungan Rp2.000-Rp3.000 setiap tabungnya.

Kemudian, untuk sektor pupuk, dengan cakupan 500-1.000 hektare sawah, margin 5-10 persen dari penjualan tahunan senilai Rp500 juta, keuntungannya dapat mencapai Rp25-50 juta per tahun.

Sementara itu, dari penjualan sembako, jika volume penjualannya mencapai Rp50-100 juta per bulan dengan margin 10 persen, keuntungan yang didapatkan bisa mencapai sekitar Rp5-10 juta per bulan.

Hingga saat ini, lebih dari 81.100 desa dan kelurahan telah membentuk kopdes/kel merah putih, dengan sekitar 77.900 di antaranya telah resmi berbadan hukum.

Koperasi-koperasi itu nantinya akan memiliki berbagai unit usaha, seperti gerai sembako, LPG, pupuk bersubsidi, klinik dan apotek desa, pergudangan, logistik, hingga unit simpan pinjam.

Selain bisnis usaha tersebut, koperasi ini juga didorong untuk melakukan kegiatan bisnis sesuai potensi desa masing-masing.

Pemerintah meyakini koperasi desa merah putih juga berpotensi menjadi offtaker dari seluruh produk yang dihasilkan masyarakat desa.

Baca juga: Budi Arie: Kopdes Merah Putih bisa tekan harga LPG 3 kg jadi Rp18 ribu

Baca juga: Menkop: Koperasi Desa Merah Putih jadi alat perjuangan ekonomi desa

Baca juga: Kemenkop meningkatkan kapasitas pengurus Kopdes Merah Putih

Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |