Sampit (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah (kalteng) menetapkan status siaga bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) selama 90 hari, mulai 1 Agustus hingga 29 Oktober 2025.
“Setelah mendengarkan paparan dari sejumlah instansi terkait, kami sepakat menetapkan status siaga bencana karhutla selama 90 hari atau kurang lebih tiga bulan ke depan,” kata Wakil Bupati Kotim Irawati di Sampit, Jumat.
Penetapan ini merupakan hasil rapat koordinasi melibatkan sejumlah instansi terkait, di antaranya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), BMKG Kotim, Polres Kotim, Kodim 1015/Sampit, Kejari Kotim, Disdamkarmat, Manggala Agni, Camat, masyarakat peduli api (MPA), dan lainnya.
Baca juga: BPBD paparkan upaya dan antisipasi karhutla di Kotawaringin Timur
Irawati menjelaskan penetapan status ini mengacu pada perkembangan kondisi dalam beberapa waktu terakhir. Sebab, intensitas kejadian karhutla di Kotim mulai meningkat, begitu juga jumlah hotspot atau titik panas yang terdeteksi.
Selain itu, berdasarkan prakiraan cuaca BMKG Kotim, menunjukkan potensi karhutla yang cukup tinggi di wilayah Bumi Habaring Hurung tersebut seiring dengan menurunnya curah hujan di musim kemarau.
“Tetapi, untuk penetapan status ini bisa berubah sesuai hasil evaluasi ke depannya, misalnya kalau hotspot terpantau menurun, status bisa kita turunkan, sebaliknya jika hotspot itu naik, statusnya bisa kita naikkan,” kata Irawati.
Kepala Pelaksana BPBD Kotim Multazam menyampaikan Kotim menjadi yang kelima menetapkan status siaga bencana karhutla di wilayah Kalteng, setelah Kabupaten Pulang Pisau dan Gunung Mas, Kota Palangka Raya dan Provinsi Kalteng.
Baca juga: BPBD Kotim sebut modifikasi cuaca tekan potensi karhutla
Baca juga: Pemkab Kotawaringin Timur perpanjang status tanggap darurat karhutla
Multazam mengatakan dalam rapat koordinasi telah disampaikan beberapa perintah dari pimpinan pusat, provinsi hingga kabupaten mengenai penanggulangan karhutla yang menjadi acuan bagi satgas di daerah.
“Kalau kebakaran satu hari hanya satu atau dua titik dan cepat akses ke lokasi, serta dilakukan pembatasan insya Allah bisa kita atasi, tetapi kalau terjadi perluasan itu yang sulit. Kami berharap kesadaran masyarakat. Hampir 99 persen kejadian karhutla disebabkan manusia, baik sengaja maupun tidak sengaja,” katanya.
Pewarta: Muhammad Arif Hidayat/Devita Maulina
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.