Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyatakan, pemerintah menetapkan rentang asumsi harga Indonesian Crude Price (ICP) atau minyak mentah Indonesia dengan hati-hati.
“Pemerintah menetapkan rentang asumsi ICP dengan hati-hati, agar asumsi harga minyak tidak menjadi sumber deviasi fiskal yang terlalu besar, terutama akan sangat mempengaruhi proyeksi pendapatan negara dan belanja subsidi serta kompensasi energi,” ujarnya dalam Sidang Paripurna DPR ke-21 Masa Persidangan IV Tahun Sidang 2024-2025 di Jakarta, Selasa.
Pada tahun 2026, pemerintah menetapkan rentang harga ICP antara 60-80 dolar Amerika Serikat (AS) per barel.
Dalam kesempatan tersebut, Menkeu menyampaikan bahwa fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) memberikan masukan rentang asumsi yang lebih tinggi, yaitu pada harga 65-85 dolar AS per barel.
Baca juga: Pertamina akui ada tantangan di balik pencapaian laba 2024
Sebagai tanggapan, Sri Mulyani menerangkan ICP sangat dipengaruhi tiga faktor. Mulai dari stabilitas dan situasi politik di Timur Tengah, kebijakan produksi Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC), outlook permintaan global yang terutama dari Tiongkok, serta upaya seluruh dunia melakukan transisi energi.
Pada sisi lifting minyak, lanjutnya, sangat tergantung terhadap berbagai langkah-langkah yang saat ini sedang terus dilakukan oleh kementerian terkait.
Pemerintah sendiri disebut berupaya melakukan percepatan eksplorasi, perbaikan keekonomian proyek, dan memberikan insentif untuk mendorong investasi di bidang eksplorasi.
“Dari update terkini, Bapak Presiden Prabowo baru saja meresmikan peningkatan lifting minyak yang memberikan kontribusi 30 ribu barel per hari dari Lapangan Banyu Urib (Jawa Timur), Blok Cepu, Bojonegoro," katanya.
Baca juga: SKK Migas optimistis target lifting minyak 2025 tercapai
Ini memberikan milestone baru agar lifting minyak nasional bisa terus ditingkatkan mendekati 900 ribu bahkan satu juta barel seperti yang diharapkan.
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.