Pembangunan desa berkelanjutan dan inklusif melalui Data Desa Presisi

4 weeks ago 13
Kehadiran DDP ini dapat mengakhiri polemik data dan dapat dimanfaatkan sebagai basis perencanaan dan pembangunan yang tepat sasaran

Jakarta (ANTARA) - Aspek data menjadi persoalan yang krusial dalam pembangunan. Data menjadi pilar utama agar pembangunan yang dilakukan berbasiskan pada kebutuhan masyarakat, serta mampu meningkatkan efisiensi sumber daya dan meminimalkan risiko kegagalan.

Pembangunan tanpa data yang tepat hanya akan melahirkan kesenjangan. Ibarat layangan putus, pembangunan akan kehilangan arah. Pembangunan tanpa data hanya akan menjadikan masyarakat sebagai obyek pembangunan dan bukan pelaku. Impian pembangunan ibarat jauh panggang dari api.

Menyadari pentingnya data dalam pembangunan, Kepala Desa Setu, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Esa Asmarini, melirik inovasi Data Desa Presisi (DPP) yang diinisiasi oleh Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB University Prof Sofyan Sjaf.

"Sebetulnya dari program pemerintah ada data yang dilakukan melalui sensus, tapi kami tidak mendapatkan hasil akhirnya. Kami tidak pernah mendapatkan data-data tersebut. Padahal data-data itu diperlukan untuk pembangunan di desa kami," kata Esa, yang sudah menjabat sebagai kepala desa sejak 2014 itu, ketika berbincang dengan ANTARA.

Akibatnya perencanaan pembangunan pun dilakukan tidak berbasiskan data yang ada. Esa memprediksi persoalan itu tak hanya terjadi di desanya, namun terjadi di desa-desa yang ada di seluruh Tanah Air.

Dengan adanya data yang presisi dan riil, dirinya dan perangkat desa tidak lagi mengira-ngira, seperti apa perencanaan pembangunan ke depan. Ia mendapatkan gambaran yang tepat bagaimana kondisi desa yang dipimpinnya itu. Pengambilan data dilakukan sejak Juni 2025. Harapannya tentu saja dapat melakukan pembangunan berbasiskan kebutuhan masyarakat, inklusif dan berkelanjutan.

Lalu, seperti apa sebenarnya DDP itu? DDP merupakan data yang memiliki tingkat akurasi dan ketepatan tinggi untuk menyajikan kondisi aktual desa. Data itu diambil, diverifikasi, dan divalidasi oleh warga desa yang dibantu oleh pihak luar, seperti perguruan tinggi.

Gagasan DDP berawal dari kontemplasi panjang seorang Sofyan Sjaf, sosiolog perdesaan yang berasal dari IPB University. Pada 2006, saat itu ,pria kelahiran Kendari itu menjadi asisten Prof Lala Kolopaking. Sofyan muda diminta berangkat ke Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, untuk memotret potensi ekonomi di desa tersebut. Lawatan itu merupakan bagian dari pembentukan bab sembilan Undang-undang (UU) Desa yang saat itu masih dalam bentuk rancangan.

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |