Jakarta (ANTARA) - Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) meluncurkan Panduan Nasional Pelayanan Kesehatan (PNPK) untuk obesitas pada dewasa dengan tujuan menyamaratakan tatalaksana di setiap fasilitas layanan kesehatan.
“Kalau obesitas bertambah banyak, otomatis penyakit yang lain juga bertambah banyak, dan salah satu keberhasilan terapi penyakit itu obesitas harus dihilangkan. Kalau (berat badan) tidak turun, maka penyakit ini juga tidak akan turun (sembuh),” kata anggota PDGKI dr. Erwin Christianto, M.Gizi, Sp.GK, saat diskusi bersama media di Jakarta, Sabtu.
Erwin mengatakan Asia termasuk negara dengan angka obesitas yang terus naik dan menyebabkan munculnya penyakit komorbid lainnya seperti jantung, ginjal dan gula, yang merupakan penyakit kronis dengan angka kejadian yang juga tinggi.
Baca juga: Obesitas di kalangan ASN DKI jadi perhatian serius
PNPK disusun sejak Mei 2024 bersama tujuh organisasi profesi diantaranya spesialis gizi klinik, penyakit dalam, dokter bedah, kedokteran olahraga, rehabilitasi medik, subspesialis digestif dan konsultan endokrin, serta psikiatri. Mereka menyusun penatalaksanaan obesitas dan disahkan secara resmi oleh Menteri Kesehatan pada 30 Mei 2025.
Pedoman di PNPK menjelaskan pengertian obesitas dan bagaimana pemeriksaan obesitas yang tepat. Erwin mengatakan hal itu penting untuk diketahui setiap jenjang fasilitas kesehatan mulai dari klinik, Puskesmas hingga rumah sakit untuk menyadarkan bahwa obesitas adalah kondisi kelebihan lemak yang menyebabkan penyakit dan perlu diketahui cara mendeteksinya.
Penatalaksanaan yang tepat bisa menekan angka obesitas dengan tidak hanya mengurangi berat badan, namun, pengaturan cara makan maupun cara olahraga bagi dewasa yang juga memiliki penyakit penyerta agar tidak memperparah penyakitnya.
PNPK menerapkan prinsip obat bukan sebagai terapi utama, melainkan sebagai tambahan. Terapi utamanya adalah pengaturan diet, peningkatan aktivitas fisik, memperbaiki pola tidur, dan memperbaiki pola manajemen stres.
Baca juga: Pakar jelaskan kaitan obesitas dan makanan jadi penyebab kanker empedu
Erwin mengatakan pedoman PNPK diharapkan bisa mencapai target menurunkan berat badan penderita obesitas sebanyak lima persen dalam waktu enam bulan. Jika kurang dari itu maka perlu pemeriksaan penunjang dan dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih optimal untuk melihat faktor penghambat.
Erwin juga berharap rencana lokakarya PNPK bisa dilakukan agar setiap daerah bisa memberi masukan tatalaksana obesitas yang bisa melengkapi pedoman agar bisa diterapkan di seluruh Indonesia.
Penerbitan pedoman PNPK ini juga didukung oleh perusahaan kesehatan Novo Nordisk yang akan mendukung implementasinya untuk inovasi terapi yang bermitra dengan tenaga kesehatan dalam peresepan dan efektif agar pasien mendapat terapi yang tepat.
"Peluncuran PNPK Obesitas menegaskan bahwa obesitas adalah penyakit kronis yang kompleks dan memerlukan dukungan medis yang komprehensif. Kami di Novo Nordisk Indonesia menyambut baik langkah ini dan akan mendukung implementasinya melalui edukasi berbasis bukti, penguatan kapasitas tenaga kesehatan, serta mengupayakan hadirnya inovasi terapi yang bermitra dengan tenaga kesehatan," kata Direktur Klinis, Medis dan Regulasi Novo Nordisk Indonesia, dr. Riyanny Meisha Tarliman.
Baca juga: Pasien hipertensi, diabetes, dan obesitas rentan alami gagal ginjal
Baca juga: BPOM sarankan masyarakat cek tabel nilai gizi sebelum konsumsi pangan
Baca juga: Puskesmas: Orang dewasa banyak yang obesitas saat Cek Kesehatan Gratis
Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.