Mataram (ANTARA) - Di banyak daerah, kebutuhan akan instrumen pembangunan yang lebih modern dan adaptif semakin terasa mendesak.
Perubahan struktur ekonomi global, volatilitas pasar komoditas, serta tekanan fiskal yang membebani pemerintah daerah menuntut hadirnya strategi baru yang mampu menjaga momentum pertumbuhan.
Pemerintah daerah tidak bisa lagi hanya mengandalkan skema anggaran tradisional untuk membiayai pembangunan jangka panjang. Dibutuhkan terobosan yang mampu memperkuat fondasi ekonomi, membuka akses pendanaan yang lebih luas, serta menciptakan nilai tambah yang berkelanjutan bagi masyarakat.
Dalam kerangka tantangan itulah Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tengah menyiapkan fondasi baru bagi penguatan struktur ekonomi daerah.
Setelah bertahun-tahun bergantung pada sektor tambang dan pariwisata, kebutuhan akan instrumen yang mampu memperluas basis investasi semakin mendesak.
Kondisi global yang tidak stabil, tekanan fiskal daerah, dan tuntutan pembangunan yang terus meningkat mendorong hadirnya gagasan pembentukan "NTB Capital" sebagai motor baru bagi pengelolaan investasi daerah.
Gagasan ini berangkat dari kebutuhan untuk menata ulang arah pembangunan ekonomi. Instrumen yang lebih luwes, modern, dan mampu menjangkau sumber-sumber pendanaan jangka panjang diperlukan agar NTB dapat melompat lebih jauh.
Pertanyaan mendasarnya adalah bagaimana memastikan NTB Capital dapat bekerja efektif sekaligus memberi manfaat langsung bagi masyarakat luas?.
Menata ulang
Selama satu dekade terakhir, struktur perekonomian NTB menunjukkan pola yang fluktuatif. Ketergantungan pada komoditas tambang membuat pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi siklus produksi.
Ketika produksi emas menurun, laju pertumbuhan ikut terkontraksi. Di sisi lain, pariwisata yang sempat menjadi harapan baru belum sepenuhnya pulih akibat dinamika global, perubahan pola perjalanan, dan ketersediaan infrastruktur pendukung yang masih terbatas.
Baca juga: Gubernur sebut NTB Capital bukan duplikasi dari Danantara
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































