Diskominfo Tangerang: Waspada konten deepfake hasil rekayasa AI

2 hours ago 1
Konten deepfake kini semakin sulit dibedakan dari yang asli. Masyarakat perlu membekali diri dengan pengetahuan agar tidak mudah tertipu

Tangerang (ANTARA) - Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Tangerang, Provinsi Banten, mengajak masyarakat agar semakin waspada terhadap konten deepfake yang mampu mengubah wajah atau suara seseorang tampak melakukan yang sebenarnya tidak pernah terjadi.

Kepala Diskominfo Kota Tangerang Mugiya Wardhany di Tangerang, Minggu, mengatakan deepfake merupakan teknologi yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk memproduksi video atau audio palsu dengan kualitas tinggi.

Sejak muncul sekitar tahun 2017 teknologi ini berkembang cepat dan kini memberikan dampak besar dalam dunia politik, hiburan, hingga keamanan pribadi.

Baca juga: Kemkomdigi minta pengembang AI transparan kembangkan inovasi

Karena itu pada era digital yang berkembang pesat, lanjut dia, maraknya konten manipulatif berbasis AI menjadi tantangan baru bagi masyarakat dan diimbau semakin waspada terhadap konten digital yang beredar.

“Konten deepfake kini semakin sulit dibedakan dari yang asli. Masyarakat perlu membekali diri dengan pengetahuan agar tidak mudah tertipu,” ujar Mugiya.

Diskominfo Kota Tangerang membagikan tips mudah yang dapat digunakan masyarakat untuk mengecek keaslian konten digital, antara lain memperhatikan wajah terkait ekspresi tampak janggal atau tidak sinkron dengan gerakan tubuh.

Baca juga: China tindak tegas video Deepfake AI yang tampilkan tokoh publik

Kulit yang terlalu halus atau tampak tidak sesuai dengan usia, kata dia, bisa menjadi tanda. Ketidaksesuaian tekstur kulit dengan rambut atau mata juga perlu dicurigai. Bayangan dan pencahayaan yang tidak wajar pada mata atau alis dapat mengindikasikan manipulasi.

Pantulan cahaya pada kacamata sering kali tidak konsisten dengan gerakan kepala pada video deepfake. Kumis, jenggot, atau cambang yang tampak tidak menyatu dengan kulit wajah bisa menandakan rekayasa. Tahi lalat yang hilang, berpindah tempat, atau terlihat tidak alami patut diwaspadai.

Frekuensi kedipan yang terlalu sering atau justru jarang terjadi bisa menunjukkan adanya proses AI. Sinkronisasi suara dan gerak bibir sering menjadi titik lemah deepfake. Bila tampak tidak alami, perlu diwaspadai.

Baca juga: Peneliti Australia kembangkan alat AI atasi gambar deepfake berbahaya

Pewarta: Achmad Irfan
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |