Jakarta (ANTARA) - Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) siap menjalin kolaborasi dengan klub-klub bulu tangkis di Tanah Air guna memperkuat pembinaan pemain muda.
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI Eng Hian mengatakan pembinaan di level klub menjadi fondasi penting untuk mencetak atlet-atlet muda yang lebih siap bersaing di level internasional. Hal ini disampaikan menyusul hasil yang belum sepenuhnya memuaskan dalam Kejuaraan Asia Junior (BAJC) 2025 di Solo, akhir pekan lalu.
“Kedepannya saya akan berdiskusi dengan klub-klub untuk bagaimana bisa berkolaborasi meningkatkan kualitas mereka, karena dengan tim junior terbaik di Indonesia saja kita masih belum bisa bersaing di empat sektor yang ada,” kata Eng Hian dalam keterangan resmi PP PBSI yang diterima di Jakarta, Senin.
Baca juga: Ubed raih gelar juara tunggal putra Kejuaraan Asia Junior 2025
“Jadi kami memang harus menaikkan kualitas atlet junior sejak di klub, karena usia mereka rata-rata masih di bawah 19 tahun,” ujarnya menambahkan.
Dalam BAJC 2025, Indonesia hanya meraih satu gelar dari sektor tunggal putra melalui Moh. Zaki Ubaidillah yang mengalahkan Liu Yang Ming Yu asal China dengan skor 21-12, 21-17.
Kemudian ganda campuran Ikhsan Lintang Pramudya/Rinjani Kwinara Nastine menjadi runner-up setelah kalah dari unggulan China Chen Jun Ting/Cao Zi Han dua gim langsung 12-21, 13-21.
Lalu satu wakil ganda putri mencapai semifinal melalui Riska Anggraini/Rinjani Kwinara Nastine yang kalah dari dari pasangan Thailand Hathaithip Mijad/Napapakorn Tungkasatan dengan skor 14-21, 19-21.
Namun di sektor lain, seperti ganda putra dan tunggal putri, langkah wakil Indonesia terhenti di perempat final. Sementara di nomor beregu campuran, Indonesia kalah tipis 109–110 dari Korea Selatan di perempat final.
Eng Hian mengungkapkan beberapa kendala non-teknis turut mempengaruhi performa para pemain muda Indonesia, terutama tekanan sebagai tuan rumah dan adaptasi terhadap sistem skor baru 110 poin di sektor beregu.
Baca juga: Ubed jadikan gelar BAJC 2025 modal untuk tur BWF di Macau Open 2025
“Faktor non-teknis cukup terlihat, terutama karena tekanan sebagai tuan rumah dan belum terbiasanya mereka dengan sistem skor baru,” ujarnya.
Selain itu, secara teknis PBSI menilai masih ada kesenjangan fisik dan kualitas permainan jika dibandingkan dengan pemain junior dari China, Korea, Thailand, dan Jepang.
“Secara keseluruhan kita hanya unggul di sektor tunggal putra saja. Sektor lain masih tertinggal. Ini akan menjadi bahan evaluasi saya dengan semua sektor,” kata Eng Hian.
Menurutnya, hasil ini menjadi cerminan Indonesia masih membutuhkan sistem pembinaan yang lebih kuat dan berkelanjutan, dimulai dari akar pembinaan di klub.
PBSI akan segera merumuskan langkah-langkah strategis ke depan sebagai bagian dari persiapan menghadapi Kejuaraan Dunia Junior 2025 yang digelar di India pada 6–19 Oktober.
Baca juga: 17 wakil Indonesia bakal berlaga di Macau Open 2025
Pewarta: Muhammad Ramdan
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.