PATPI: Isu BPA di luar negeri lebih dikaitkan ke botol bayi

3 days ago 9

Jakarta (ANTARA) - Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) mengatakan bahwa isu soal Bisphenol A (BPA) di luar negeri seperti Eropa lebih sering dikaitkan dengan botol bayi.

“Kalau di luar negeri itu sebenarnya fokus awalnya pada botol bayi, saya heran kenapa di Indonesia tiba-tiba isu yang muncul malah spesifiknya ke galon,” kata anggota PATPI Hermawan Seftiono dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa.

Hermawan mengatakan isu tersebut amat berbeda dengan yang sedang marak dibicarakan di Indonesia. Dimana isu lebih diarahkan pada penggunaan galon polikarbonat.

Padahal, katanya, hingga saat ini belum ada laporan terkait masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan setelah mengkonsumsi air dari galon polikarbonat baik di Eropa maupun negara lain. Penggunaan polikarbonat di Eropa dan negara maju lain juga masih dikategorikan aman.

Baca juga: KKI: Konsumen harapkan pelabelan BPA galon air minum dipercepat

Penelitian yang dilakukan di Eropa dan Amerika juga fokus pada beberapa kemasan yang mengandung BPA. Hasilnya, kemasan-kemasan tersebut dinilai masih aman untuk menjadi wadah pangan karena kandungan BPA yang masih rendah.

Menurut dia, masifnya sebaran informasi bahaya BPA yang dikapitalisasi dan diviralkan melalui media sosial, sehingga membuat publik banyak yang salah memahami hubungan antara BPA dan galon polikarbonat.

"Memang agak aneh saja mungkin pas sekitar tahun 2000-an tiba-tiba muncul isu spesifik terkait galon di Indonesia," katanya.

Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra mengatakan bahwa penelitian-penelitian yang dipakai tidak ada yang spesifik membahas BPA sebagai bahan pembentuk galon polikarbonat.

Sehingga, penelitian itu tidak bisa menjadi dasar atas polemik BPA dalam galon guna ulang. Ia memastikan konsumsi air dari galon polikarbonat atau guna ulang aman karena sudah memiliki standar SNI dan telah melewati serangkaian penelitian dan uji kecocokan pangan.

"Kalau semua produk terutama kemasan itu sudah terstandar SNI ya tandanya dia juga level toleransinya terhadap cemaran itu tidak membahayakan," kata dia.

Hermawan menjelaskan badan akreditasi mutu telah melakukan serangkaian penelitian dan uji klinis sebelum memberikan label SNI pada galon atau kemasan pangan apa pun.

Ahli Epidemiologi itu juga menekankan bahwa BPA dalam galon atau peruntukan industri sudah diuji dan dinyatakan aman oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN).

"Jadi, misalnya ada BPA pada galon yang digunakan air kemasan sekarang terus diuji, rasanya itu tidak relevan lagi karena itu sudah lolos," katanya.

Baca juga: Asparminas apresiasi produsen AMDK beralih ke galon bebas BPA

Baca juga: Pakar: Sinar matahari tak buat BPA bermigrasi ke air galon

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |