Trump klaim cegah perang nuklir India-Pakistan dengan ancaman dagang

5 hours ago 3

Washington (ANTARA) - Presiden AS Donald Trump pada Senin (12/5) mengatakan konflik India-Pakistan berakhir setelah dirinya mengancam akan menghentikan perdagangan dengan kedua negara itu.

“Saya katakan, ‘Ayolah, kami akan berdagang banyak dengan kalian. Tapi hentikan (konflik) ini dulu. Kalau kalian hentikan, kita lanjut berdagang. Tapi kalau tidak, kami tidak akan berdagang sama sekali.’ ... Dan tiba-tiba mereka bilang, ‘Saya rasa kami akan hentikan.’ Mereka memang berhenti, dan itu karena berbagai alasan, tapi perdagangan adalah alasan utamanya,” kata Trump kepada wartawan.

Dia menambahkan bahwa AS kini sedang menjajaki peningkatan kerja sama dagang dengan India, dan dalam waktu dekat juga akan memulai perundingan dagang dengan Pakistan.

“Kami berhasil mencegah konflik nuklir. Menurut saya, itu bisa saja jadi perang nuklir yang sangat buruk. Jutaan orang bisa tewas. Jadi, saya sangat bangga dengan hal itu,” kata Trump.

Ketegangan meningkat antara India dan Pakistan setelah serangan teroris terjadi pada 22 April di dekat Pahalgam, kota yang berada wilayah Jammu dan Kashmir India.

India menyalahkan Pakistan atas serangan tersebut. Tingkat hubungan diplomatik kedua negara lalu diturunkan, Perjanjian Air Indus ditangguhkan, dan satu-satunya jalur perbatasan darat yang menghubungkan kedua negara ditutup.

Pada 7 Mei, India melancarkan serangan udara dan drone ke sembilan lokasi yang diduga sebagai kamp pelatihan militan di Pakistan dan wilayah Kashmir Pakistan. India berdalih serangan itu menargetkan infrastruktur teroris.

Sehari kemudian, serangan India itu dibalas Pakistan dengan meluncurkan serangan rudal ke sejumlah target militer India.

Pada 10 Mei, India dan Pakistan sepakat untuk memulai gencatan senjata.

Sumber: Sputnik-OANA

Baca juga: Sekjen PBB sambut kesepakatan gencatan senjata Pakistan-India

Baca juga: Media: Pakistan mau ajak India berunding demi redakan ketegangan

Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |