Jakarta (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan, pihaknya fokus untuk mengarahkan dan memberikan ruang bagi sektor keuangan agar semakin kontributif bagi perekonomian, termasuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RKDB) April 2025 di Jakarta, Jumat, mengatakan upaya tersebut dilakukan melalui beberapa langkah termasuk mengambil peran strategis dalam program pemerintah.
“Antara lain dengan mengambil peran strategis di berbagai program dan kebijakan yang juga dilakukan oleh pemerintah, baik di pemerintah pusat maupun di daerah, dengan tetap memperhatikan penerapan manajemen risiko dan tata kelola yang baik sehingga stabilitas sektor jasa keuangan terjaga,” kata Mahendra.
Lebih lanjut, Mahendra mengatakan bahwa OJK terus merumuskan dan menjalankan berbagai langkah untuk memperdalam pasar keuangan, antara lain dengan perluasan aktivitas lembaga jasa keuangan, pengembangan instrumen keuangan yang inovatif, kemudahan akses keuangan dan kebijakan untuk mengurai hambatan-hambatan yang dihadapi oleh industri saat ini.
Mahendra menambahkan, OJK saat ini juga tengah memfinalisasi ketentuan yang terkait dengan kemudahan akses pembiayaan bagi UMKM, yakni Peraturan OJK (POJK) Akses Pembiayaan kepada UMKM.
Rancangan POJK tersebut telah dikonsultasikan dengan Komisi XI DPR RI, sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK).
“Selain itu, tentu kami mendukung berbagai kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah maupun para pemangku kepentingan, termasuk dunia usaha, untuk terus meningkatkan daya saing di sektor keuangan sehingga dapat meningkatkan daya saing sektor riil secara menyeluruh,” kata Mahendra.
Ia mengamini bahwa dinamika global saat ini menimbulkan risiko ketidakpastian yang semakin tinggi. Pengumuman tarif oleh pemerintah Amerika Serikat (AS) dan terjadinya perang dagang secara global terutama di antara AS dan China, maka jelas menambah kompleksitas ekonomi suatu negara terutama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi masing-masing negara.
Berbagai lembaga internasional telah merevisi ke bawah dari prakiraan yang diterbitkan untuk pertumbuhan tahun 2025. Salah satunya IMF yang menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2025 menjadi 2,8 persen, jauh lebih rendah dibandingkan historis tahun 2000-2019 sebelum COVID-19 di level 3,7 persen.
Mahendra memandang, dinamika global turut mempengaruhi kondisi di Indonesia di mana pertumbuhan ekonomi tercatat 4,87 persen year on year (yoy) pada kuartal I 2025, menurun dibandingkan kuartal sebelumnya tumbuh sebesar 5,02 persen yoy. Menurutnya, penurunan tersebut relatif tidak besar jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga di ASEAN.
“Oleh karena itu, sekalipun tingkat pertumbuhannya lebih rendah dari prakiraan semula, tapi kita berharap bahwa resiliensi dari perekonomian Indonesia terhadap perkembangan dinamika global bisa tetap kuat sehingga tidak terlalu terdampak,” kata Mahendra.
Baca juga: OJK: Sektor jasa keuangan terjaga di tengah tingginya dinamika ekonomi
Baca juga: Ekonom sarankan penguatan pasar modal untuk efisiensi sektor keuangan
Baca juga: LPS dan HKHSK kerja sama tingkatkan kapasitas hukum sektor keuangan
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2025