Jakarta (ANTARA) - Kepala Staf Kepresidenan 2018-2024 Jenderal TNI (Purn) Moeldoko mengatakan seni dapat menjadi alternatif pendekatan baru dalam membangun hubungan antarnegara menuju hidup penuh kedamaian di tengah situasi global yang saat ini diliputi konflik dan ketegangan.
"Dunia saat ini sedang mengalami luka, konflik, dan disintegrasi. Tapi saya yakin, melalui seni, kita bisa memulai dialog antarbangsa yang lebih jujur, lebih murni, dan menyentuh hati,” ujar Moeldoko saat menghadiri kolaborasi seni dua maestro lukis asal Indonesia, Nasirun dan Bunta Inoue dari Jepang di Galeri Nasirun, Yogyakarta, Kamis, seperti dikutip dari keterangan yang diterima di Jakarta.
Hal itu disampaikan Moeldoko usai melihat kolaborasi spontan di atas satu kanvas antara Nasirun dan Bunta hingga menghasilkan karya lukis berjudul “Dunia dalam Damai”.
Kolaborasi itu dimulai saat Nasirun melukis sebuah bulatan besar yang menggambarkan bumi yang penuh kerumitan. Di akhir karyanya, ia menambahkan gambar bendera Jepang sebagai penghormatan dan simbol harapan.
Berikutnya, Bunta Inoue langsung menanggapi sapuan kuas Nasirun itu dengan melukis tumbuhan-tumbuhan yang mulai tumbuh, langit biru cerah, dan burung-burung merpati yang beterbangan. Gambaran itu merupakan metafora dari harapan dan kebangkitan. Ia menutup karyanya dengan menggambar Bendera Merah Putih Indonesia berdampingan dengan milik Jepang.
Moeldoko pun mengaku senang melihat kolaborasi yang ia nilai sebagai bentuk soft diplomacy. Moeldoko berharap karya tersebut dapat menjadi simbol awal kebangkitan persaudaraan antarbangsa. Ia menilai bentuk dialog semacam ini lebih menyentuh dibandingkan pendekatan konfrontatif.
Baca juga: Sekjen: Dialog ASEAN-Jepang perkuat kolaborasi ekonomi
"Dialog dua maestro ini di atas kanvas bisa menjadi simbol awal bagi kebangkitan persaudaraan bangsa-bangsa di dunia,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Bunta menyampaikan kegembiraannya menghadiri pertemuan di Galeri Nasirun itu.
"Saya sangat antusias berada di Galeri Nasirun. Tanpa rencana, saya langsung merasa ingin melukis bersamanya. Rasanya seperti berbicara jiwa ke jiwa,” ungkap dia.
Sementara itu, Nasirun mengaku terharu dengan lukisan karyanya bersama Bunta tersebut. Menurut dia, makna harapan tampak jelas dalam lukisan itu.
“Saya mulai dari bentuk bulat yang melambangkan bumi yang rumit. Tapi ketika saya lihat Bunta melanjutkan dengan langit, merpati, dan tunas-tunas baru, saya tahu bahwa ini tentang harapan," ucapnya.
Nasirun dan Bunta Inoue juga sepakat akan melanjutkan kolaborasi tersebut dalam pameran bersama tahun depan, dengan mengusung tema perdamaian, spiritualitas, dan lintas budaya.
Pertemuan antara Nasirun dan Bunta merupakan rangkaian diplomasi budaya dalam inisiatif Sakuranesia “Friend-Ship” Japan–Indonesia Cultural Dialogue, yang sebelumnya telah menampilkan diskusi lintas budaya antara Moeldoko dan Iehiro Tokugawa, salah satu klan paling berpengaruh dalam sejarah Jepang, di Paviliun Indonesia Expo 2025 Osaka. Kini, narasi damai itu berlanjut di Yogyakarta melalui seni rupa.
Baca juga: Menbud sebut dialog antarperadaban jembatani perbedaan antarbangsa
Baca juga: BNPT: Kolaborasi lintas sektor kunci cegah intoleransi-radikalisme
Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.