Menuju industri bola basket Indonesia

1 month ago 16
Bola basket di Indonesia kini diproyeksikan sebagai motor penggerak ekonomi

Jakarta (ANTARA) - Olahraga bola basket Indonesia diakui oleh berbagai pihak telah berkembang. Bukan sekadar dari sisi olahraga, juga hal lain di luar pertandingan yang mengarah pada industri.

Bola basket di Indonesia kini diproyeksikan sebagai motor penggerak ekonomi. Dengan potensi besar yang dimiliki, bola basket diyakini dapat berkembang menjadi industri yang signifikan.

Meski bola basket belum sepopuler sepak bola atau bulutangkis di Indonesia, olahraga ini memiliki basis penggemar loyal yang terus tumbuh dari waktu ke waktu.

Danny Kosasih, Ketua Umum Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) periode 2015-2024, pernah menyampaikan visinya agar bola basket tidak hanya dilihat sebagai cabang olahraga, tetapi juga sebagai peluang ekonomi.

Piala Dunia Basket 2023 yang digelar di Jakarta menjadi momentum awal untuk mewujudkan visi tersebut. Ajang internasional itu tak hanya menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk memperkenalkan dirinya sebagai penyelenggara kompetisi olahraga internasional yang terpercaya, tetapi juga untuk membangun ekosistem bola basket dalam negeri yang lebih kuat.

Piala Dunia Basket 2023 di Indonesia yang diselenggarakan oleh penyelenggara kompetisi basket di Tanah Air itu sukses menyedot banyak penonton.

2024

Indonesian Basketball League (IBL) sebagai liga bola basket profesional di Indonesia terus memulai misi industri bola basket sejak 2024. Pada musim lalu, IBL mengadopsi format pertandingan kandang dan tandang (home-away).

Langkah ini diambil untuk membangkitkan antusiasme masyarakat sekaligus memperkuat basis penggemar klub di daerah asal masing-masing. Format itu terbukti efektif dalam meningkatkan keterlibatan masyarakat.

“Jadi kami buat format home-away agar berkembang secara market, mulai dari pendukung maupun sisi ekonomi, sehingga ekosistem olahraganya bisa terbangun,” kata Direktur Utama IBL Junas Miradiarsyah.

Format itu mampu meningkatkan jumlah penonton hingga 72 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Tak hanya di arena pertandingan, jumlah penonton di layar kaca dan platform digital juga meningkat signifikan.

Format laga kandang-tandang mengalihkan manajemen penyelenggaraan suatu pertandingan dari IBL ke manajemen klub yang bertindak sebagai tuan rumah.

Oleh karena itu, manajemen klub tuan rumah bebas berinovasi untuk mendulang cuan tidak hanya dari penjualan tiket, tapi dari sisi lain di luar pertandingan. Kreativitas tim tuan rumah dalam menyelenggarakan pertandingan turut menambah daya tarik kompetisi.

Sebelum memulai musim 2024, IBL juga menggandeng B League, liga bola basket profesional Jepang, untuk mengembangkan kompetisi di Indonesia. Kerja sama itu mencakup berbagai aspek, mulai dari pengelolaan liga hingga pengembangan klub.

Tujuan kerja sama IBL dengan B League ini untuk menjaga keberlanjutan bagi klub dan juga bagi liga. Keberlanjutan itu menuntut klub menjadi lebih baik dengan berorientasi pada bisnis.

Dalam kerja sama tersebut, B League memberikan segala pengetahuan dan pengalamannya dalam menyelenggarakan liga basket di Jepang yang bisa diterapkan pada klub dan liga basket di Indonesia.

Kompetisi bola basket di Indonesia kemudian berkembang tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga peluang ekonomi bagi klub dan pelaku industri lainnya. Pada Final IBL 2023, misalnya, Pelita Jaya Jakarta berhasil menjual tiket termurah seharga Rp300 ribu. Meski relatif mahal, tiket tersebut ludes terjual, dan stadion penuh dengan penonton.

Di musim 2024, Pelita Jaya bahkan menciptakan inovasi dengan menjual kursi di tepi lapangan dengan harga premium. Penonton yang membeli tiket tersebut mendapatkan hak istimewa, seperti berswafoto dan mendapatkan tanda tangan pemain. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan pendapatan klub, tetapi juga menciptakan pengalaman eksklusif bagi penggemar. Terobosan yang membuahkan hasil yang bagus.

Membangun ekosistem berkelanjutan

Langkah besar lain dalam merintis industri bola basket di Indonesia adalah pembangunan ekosistem bola basket yang lebih berkelanjutan. Dalam dua tahun terakhir, IBL telah memperbaiki 75 lapangan bola basket di enam kota, termasuk Jakarta, Medan, dan Bandung.

“Ekosistem bola basket bisa terbangun dengan konsisten bila didukung dengan pembangunan fasilitas bermain bagi anak-anak atau remaja sejak usia dini,” kata Junas.

Perbaikan infrastruktur lapangan bola basket ini bertujuan untuk meningkatkan minat masyarakat kepada olahraga bola basket, yang tujuan akhirnya adalah meramaikan kompetisi bola basket Tanah Air. Semakin banyak penggemar, pertandingan bola basket tak akan kehabisan penonton, dan industri bisa berjalan berkesinambungan. Semua unsur saling berkelindan dan saling bergantung satu sama lain.

Selain infrastruktur, IBL juga mendorong pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) untuk berkontribusi dalam penyelenggaraan kompetisi. Penjualan merchandise klub menjadi salah satu contoh bagaimana ekonomi lokal dapat tumbuh seiring dengan meningkatnya popularitas bola basket. Dewa United Banten Basketball, misalnya, telah memiliki tiga gerai resmi penjualan pernak pernik klub.

Berbagai upaya dan pencapaian tersebut merupakan jalan yang sudah terlihat untuk menjadikan bola basket sebagai sebuah industri di Indonesia. Perahu untuk mengindustrikan bola basket sudah dilayarkan, semua unsur mesti siap menghadapi berbagai gejolak dan gelombang yang mengadang.

Optimisme bahwa bola basket di Indonesia bisa diproyeksikan sebagai motor penggerak ekonomi bukan sesuatu yang dibesar-besarkan. Sejumlah potensi besar yang dimiliki sudah digarap dan menunjukkan hasil bagus.

Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |