Banjarbaru (ANTARA) - Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq mengingatkan pemerintah daerah di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan (Kalsel) untuk mengambil langkah-langkah cepat mengantisipasi agar kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di kota itu tidak terus meluas.
“Banjarbaru adalah ring satu karena berada di kawasan bandara. Karhutla di kota ini sudah mencapai 96 hektare, terluas nomor satu dari 13 kabupaten/kota se-Kalsel,” kata Hanif dalam kunjungan kerja Pengendalian Karhutla 2025 di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Kamis.
Ia menekankan bahwa karhutla yang meluas ini menjadi peringatan agar para pemangku kepentingan di daerah itu mengambil langkah-langkah cepat untuk mengantisipasi karhutla tidak meluas.
“Apalagi Banjarbaru adalah ibu kota Provinsi Kalsel, orang luar daerah akan menilai Kalsel dari situasi dan kondisi di Banjarbaru,” ungkap Hanif.
Karena karhutla mulai meluas, Menteri LH meminta daerah ini melakukan penanganan yang lebih optimal, karena sebagai pusat ibu kota provinsi seharusnya bisa mengubah cara-cara penanggulangan bencana yang lebih baik.
Hanif juga menekankan Kota Banjarbaru jangan sampai menyumbang kabut asap akibat karhutla yang tidak terkendali, sebagai pusat kota maka wajib tidak boleh ada pencemaran lingkungan karena kabut asap.
Sementara itu, Gubernur Kalsel Muhidin menyebutkan luas karhutla di provinsi ini telah mencapai 155 hektare dan terdapat 1.957 titik api, sehingga ditetapkan status siaga darurat karhutla pada Senin (4/8).
“Luas karhutla ini menjadi peringatan keras agar jangan sampai lengah. Satgas Karhutla agar tiap lembaga melakukan mitigasi dan respons cepat dengan kolaborasi. Saya tegaskan siapapun yang membuka lahan dengan cara membakar akan ditindak tegas baik individu maupun perusahaan,” ujar Muhidin.
Baca juga: Menteri LH minta kepala daerah gali inovasi buka kebun tanpa membakar
Baca juga: Delapan perusahaan konsesi hutan di Kalsel diduga terlibat karhutla
Baca juga: Kabut asap karhutla muncul di Landasan Ulin Banjarbaru Jumat dini hari
Pewarta: Tumpal Andani Aritonang
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.