Aden (ANTARA) - Serangan udara Israel yang baru-baru ini dilancarkan terhadap Sanaa, ibu kota Yaman, dan rangkaian serangan rudal balasan terhadap Israel telah meningkatkan kekhawatiran bahwa Timur Tengah semakin terjerumus ke dalam konfrontasi yang lebih luas.
Meski upaya diplomatik untuk deeskalasi terus dilakukan, tindakan saling serang ini menandai fase baru yang sangat mengkhawatirkan dalam konflik, sebuah fase yang menurut para ahli berpotensi menjadi lebih berkepanjangan dan sulit diprediksi.
Sejumlah pesawat tempur Israel menyerang sebuah pembangkit listrik di sebelah selatan Sanaa pada 17 Agustus. Stasiun televisi al-Masirah yang dikelola Houthi melaporkan bahwa serangan tersebut merusak generator listrik namun tidak menimbulkan korban jiwa. Warga setempat menyebutkan bahwa mereka mendengar dua ledakan keras, sementara saksi mata melaporkan kepulan asap terlihat membubung dari fasilitas tersebut.
Beberapa jam kemudian, militer Israel mengatakan pihaknya berhasil mencegat sebuah rudal yang diluncurkan dari Yaman ke arah Israel tengah. Peluncuran rudal tersebut memicu sirene di Tel Aviv, Yerusalem, dan beberapa kota lainnya, sehingga mendorong warga untuk bergegas menuju tempat perlindungan. Rudal tersebut tidak menimbulkan korban jiwa maupun kerusakan.
Pada Jumat (22/8), sebuah rudal yang diluncurkan dari Yaman kembali mendarat di Israel tengah tanpa menimbulkan korban jiwa, demikian menurut keterangan militer dan layanan darurat Israel. Media Israel melaporkan bahwa rudal itu tampaknya hancur di udara, dengan serpihan-serpihannya berjatuhan di dekat Banda Udara Ben Gurion.
Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF) mengatakan bahwa peluncuran itu terjadi hanya beberapa jam setelah pihaknya mencegat sebuah drone yang diluncurkan dari Yaman ke arah desa-desa di dekat Jalur Gaza. Sebelumnya pada Jumat yang sama, sejumlah jet Israel kembali menyerang infrastruktur energi di Sanaa. Sementara itu, pihak Houthi mengeklaim menargetkan Bandar Udara Ben Gurion dengan drone dan rudal hipersonik untuk membalas "kampanye militer Israel yang terus berlanjut di Gaza."
Serangan Israel tersebut menandai babak baru dalam siklus aksi dan balasan yang berlangsung sejak November 2023, ketika kelompok Houthi mulai menargetkan Israel dan kapal-kapal internasional di Laut Merah, dengan alasan tindakan tersebut dilakukan sebagai bentuk dukungan bagi rakyat Palestina selama perang yang diluncurkan Israel di Gaza.

Eskalasi ini menyoroti semakin dalamnya keterlibatan Yaman dalam ketegangan regional yang lebih luas. Dengan menyerang infrastruktur di Sanaa, Israel bertujuan untuk mencegah peluncuran rudal dan drone lebih lanjut. Namun, Houthi tetap memiliki kapasitas signifikan untuk mengganggu jalur maritim di Laut Merah, yang merupakan jalur vital bagi perdagangan global.
Kalangan analis Yaman mengatakan bahwa kemampuan Houthi untuk melancarkan serangan yang menjangkau jauh di luar Yaman menggarisbawahi risiko konflik yang meluas ke berbagai front.
Perkembangan-perkembangan terbaru juga menimbulkan ketidakpastian terhadap kesepakatan deeskalasi rapuh yang dicapai pada Mei lalu antara Washington dan Houthi, yang sempat menghentikan serangan timbal balik di Laut Merah untuk sementara waktu. Jika kapal-kapal Amerika kembali menjadi sasaran, gencatan senjata tersebut berisiko runtuh dan berpotensi menyeret Amerika Serikat kembali ke dalam konfrontasi secara langsung.
"Setiap kelanjutan dari aksi saling serang ini akan menempatkan Laut Merah sebagai pusat krisis multifront," ungkap Muqbel Naji, seorang analis politik Yaman. Dia memperingatkan bahwa jalur perdagangan internasional dapat menghadapi "risiko gangguan yang lebih besar" jika eskalasi terus berlanjut.
Muqbel mengamati bahwa kelompok Houthi tampaknya telah memperkuat posisi sekaligus menunjukkan kemampuan mereka untuk mempertahankan operasi. "Serangan Israel mungkin dapat memperlambat operasi Houthi, tetapi kecil kemungkinan mampu melumpuhkan kemampuan militer kelompok tersebut," ujarnya.
Muqbel memperingatkan bahwa Israel seharusnya mengambil pelajaran dari peristiwa beberapa bulan terakhir. "Meskipun AS memiliki keunggulan di udara dan laut, serangan yang dipimpin AS pada awal tahun ini terbukti gagal menghentikan operasi Houthi."
Ke Depan
Kalangan analis meyakini bahwa serangan balasan lebih lanjut dari Houthi kemungkinan besar akan terjadi, baik melalui serangan rudal yang lebih intensif terhadap kota-kota Israel maupun serangan baru terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah. Sementara itu, beberapa pihak lain memperingatkan bahwa Israel berpotensi memperluas kampanyenya untuk menargetkan infrastruktur yang lebih strategis di Yaman.
Para pengamat menjelaskan bahwa ketergantungan pada kekuatan udara semata tidak banyak membantu dalam menyelesaikan ketegangan mendasar dan justru memperluas lingkup kekerasan. Mereka menilai bahwa setiap gelombang serangan baru akan semakin mengikis stabilitas di kawasan yang sudah terbebani oleh berbagai krisis yang saling tumpang tindih itu.
Dengan Houthi bersumpah akan melakukan serangan balasan lebih lanjut dan Israel mengisyaratkan kesiapannya untuk mengintensifkan operasi militer, kawasan tersebut menghadapi bahaya siklus eskalasi tanpa ada kejelasan kapan akan berakhir. Konflik yang bermula di Gaza kini menyebar ke wilayah baru, mengubah Yaman, sebuah negara yang sudah hancur akibat perang saudara selama satu dekade, menjadi front yang berbahaya dan aktif dalam konfrontasi regional yang kian meluas dengan cepat.
Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.