Mencetak wirausaha dan brand lokal dari kampus-kampus

1 hour ago 1

Jakarta (ANTARA) - Wirausaha bukan sekadar profesi, melainkan bentuk keberanian untuk menciptakan perubahan dan memecahkan persoalan sosial melalui inovasi.

Di tengah laju ekonomi global yang semakin kompetitif, keberadaan wirausaha muda menjadi indikator kemajuan bangsa. Indonesia memang telah menunjukkan kemajuan positif.

Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM (2024), jumlah wirausaha di Indonesia mencapai 3,47 persen dari total populasi, meningkat dari 3,21 persen pada tahun sebelumnya.

Angka ini masih jauh tertinggal dibanding negara maju yang rata-rata mencapai 10–12 persen. Artinya, ruang pertumbuhan masih sangat besar.

Peningkatan jumlah wirausaha, bukan sekadar statistik, melainkan soal bagaimana sistem pendidikan mampu mencetak talenta bisnis yang berdaya tahan dan relevan dengan tantangan zaman.

Dalam konteks inilah, kampus-kampus melalui program bisnisnya diharapkan untuk tampil sebagai salah satu institusi yang konsisten membangun ekosistem kewirausahaan Indonesia.

Bukan hanya karena prestasi alumninya yang menonjol, tetapi juga karena cara mereka mendidik dengan filosofi yang memadukan pengetahuan, empati sosial, dan keberanian menembus batas konvensi.

Pendidikan bisnis di kampus ini bukan sekadar transfer teori, tetapi laboratorium ide yang memupuk karakter wirausaha sejati, termasuk inovatif, kolaboratif, dan adaptif.

Contoh keberhasilan alumni kampus, seperti brand populer Tuku, BLP Beauty, dan Puyo yang lahir dari rahim program S1 Bisnis Prasetiya Mulya, menunjukkan bagaimana gagasan lokal bisa menjelma menjadi brand terkenal dengan daya saing global.

Ketiga merek ini bukan hanya sukses secara finansial, tetapi juga berhasil membangun narasi identitas Indonesia modern yang sederhana, autentik, dan berkarakter.

Di balik setiap produk ada cerita tentang keberanian memulai dari kecil, memanfaatkan celah pasar, dan menjaga nilai keaslian. Tuku dengan kopinya, BLP dengan kosmetiknya, dan Puyo dengan pudingnya, menjadi bukti nyata bahwa kewirausahaan, bukan monopoli konglomerat, melainkan ruang bagi siapa saja yang berani bermimpi dan berinovasi.

Keberhasilan mereka, bukan kebetulan. Empat tahun pendidikan di kampus untuk menempuh S1 Bisnis di Prasetiya Mulya adalah proses membentuk daya tahan mental dan kemampuan praktis.

Melalui pembelajaran berbasis proyek, mahasiswa tidak hanya memahami teori bisnis, tetapi langsung menguji gagasan di pasar nyata. Proses ini memaksa mereka berpikir strategis, memahami perilaku konsumen, dan mengelola risiko.

Ketika mahasiswa diminta merancang, memproduksi, dan menjual produk nyata, mereka belajar memahami bahwa bisnis adalah seni menyeimbangkan kreativitas dan perhitungan. Di sinilah pendidikan menjadi transformasi, bukan sekadar pengetahuan.

Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |