Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) Chandra Setiawan menyarankan Kurikulum Cinta perlu dikuatkan dengan nilai-nilai Pancasila untuk mencegah anak-anak bangsa melakukan tindakan intoleransi di masa mendatang.
"Yang memang perlu kita dukung juga, Menteri Agama mau merevitalisasi kurikulum yang basisnya cinta kasih, itu kita dukung, tetapi sebelum kurikulum itu berjalan, nilai-nilai Pancasila harus betul-betul ditanamkan dan terus-menerus diulang," katanya dalam konferensi pers di Gedung Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Jakarta, Selasa.
Ia juga menyebutkan pentingnya sosialisasi nilai-nilai Pancasila dalam kurikulum cinta di kalangan masyarakat akar rumput agar dapat dimaknai secara luas dan lebih mendalam.
"Agar betul-betul masyarakat yang akar rumput, paling bawah itu, bisa paham, sehingga mereka tidak melakukan tindakan-tindakan kekerasan atau intoleransi," ujar dia.
Chandra juga menekankan pentingnya seluruh pemimpin agama di semua level agar menegaskan pentingnya umat tidak menoleransi budaya kekerasan.
"Memang harus dinyatakan oleh siapa saja pemimpin agama, pemimpin semua level, bahwa kita itu harus tidak menoleransi budaya kekerasan, non-violent movement, gerakan anti budaya kekerasan itu harus juga bisa disebarluaskan, jangan selalu berlarut-larut," tuturnya.
Sebelumnya, sekelompok warga membubarkan ibadah di rumah doa Jemaat Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) di Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, pada 27 Juli 2025.
Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, Kementerian Agama (Kemenag) memperkenalkan Kurikulum Cinta untuk diterapkan di lingkungan pendidikan.
Gagasan ini bertujuan membangun budaya saling pengertian dan mengikis prasangka antar-kelompok masyarakat.
"Kemenag punya falsafah sendiri, kalau seperti ini (intoleransi) kejadiannya jangan-jangan nanti akan ada lagi. Maka itu kami selaku Menteri Agama mencari pendekatan lain dengan cara memperkenalkan Kurikulum Cinta," kata Menteri Agama Nasaruddin Umar.
Baca juga: Kurikulum berbasis cinta kebutuhan mendesak dalam sistem pendidikan
Baca juga: Menag: Hasil bahasan AICIS diimplementasikan dalam Kurikulum Cinta
Baca juga: Kurikulum Berbasis Cinta bukan kurikulum pengganti tapi pengayaan
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.