Taiyuan (ANTARA) - Bagi Nabila Putri Maghfira, mahasiswi asal Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara, yang sedang menempuh pendidikan di Shanxi Medical University di China utara, mengikuti tur studi di Shanxi baru-baru ini menjadi pengalaman yang seru dan mengesankan.
Nabila bersama teman-temannya yang berasal dari berbagai negara Asia Tenggara ambil bagian dalam perjalanan yang diselenggarakan Shanxi Provincial People's Association for Friendship with Foreign Countries untuk menyaksikan dan merasakan kebudayaan Shanxi yang kaya dan memesona.
Begitu memasuki Kuil Guanyin (Awalokiteswara) di Kota Changzhi, Nabila tertarik dengan patung-patung dan berbagai dekorasi yang indah, bersejarah, dan terawat dengan baik.
"Saya memilih kuliah di sini bukan hanya karena pendidikan medisnya yang unggul, tetapi juga karena terpukau dengan kebudayaan China," kata Nabila sambil mengamati dengan cermat setiap harta karun di dalam kuil tersebut.
Kuil Guanyin Changzhi ditetapkan sebagai Unit Perlindungan Relik Budaya Utama Tingkat Nasional China pada 2001, menjadi satu dari 531 unit setingkat yang terletak di Provinsi Shanxi.
Jumlah tersebut merupakan yang tertinggi di seluruh daerah setingkat provinsi di China, mengukuhkan status Shanxi sebagai salah satu pusat dan tempat lahir peradaban China yang penting.
Para mahasiswa juga terinspirasi oleh penggunaan teknologi tinggi dalam pemberdayaan industri pariwisata di China. Kham Hein Thwe, mahasiswi asal Myanmar yang mengambil jurusan Administrasi Bisnis di Universitas Shanxi, menyelami suasana budaya dalam pameran porselen di Jincheng.
Agnes Dwi Maharani Callista, teman kuliah Nabila yang juga berasal dari Indonesia, lebih tertarik dengan kawasan wisata budaya Xizhen Suzhuang di Kota Jincheng, di mana berbagai adat istiadat untuk pernikahan lokal yang kompleks, historis, dan unik menjadi daya tarik pariwisata utama.
"Xizhen" berarti "Kota Kebahagiaan" dalam bahasa Mandarin. Di sini, aula pernikahan tradisional, pameran budaya pernikahan, serta busana daerah yang khas menarik minat banyak wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Sebagai warga keturunan Tionghoa di Indonesia, Agnes sudah lama ingin melihat langsung kebudayaan Tionghoa di China. Setelah mengenakan kostum tradisional Hanfu, Agnes mengaku bahwa menyaksikan budaya secara langsung jauh lebih menarik dibanding mempelajarinya melalui cara lain.
Para mahasiswa juga terinspirasi oleh penggunaan teknologi tinggi dalam pemberdayaan industri pariwisata di China. Kham Hein Thwe, mahasiswi asal Myanmar yang mengambil jurusan Administrasi Bisnis di Universitas Shanxi, menyelami suasana budaya dalam pameran porselen di Jincheng.
Pada malam hari, para mahasiswa mengunjungi Kota Kecil Situ untuk menyaksikan pertunjukan kembang api besi cair Zezhou.
"Saya sudah lama tahu bahwa kembang api besi cair Zezhou adalah warisan budaya takbenda di China. Sungguh menakjubkan!" seru Vu Thi Dieu Quynh asal Vietnam sambil menikmati pertunjukan yang megah dan menakjubkan
Selain benda pameran yang elok, dia penasaran dengan sebuah alat berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang mampu memproduksi gambar motif porselen hanya dengan beberapa perintah dan coretan sederhana.
"Tak perlu menunggu lama, kami bisa langsung melihat desain karya kami sendiri berkat teknologi ini. Saya sangat menyukai inovasi yang memadukan sejarah dengan sentuhan modern," ujar Kham.
Staf dari pihak penyelenggara tur ini, Chen Liying, mengatakan bahwa pihaknya berharap acara serupa dapat membantu lebih banyak kaum muda dari negara-negara Asia Tenggara untuk menikmati pesona budaya China, dan membagikannya kepada teman-teman di negara asal mereka.
Pada malam hari, para mahasiswa mengunjungi Kota Kecil Situ untuk menyaksikan pertunjukan kembang api besi cair Zezhou.
"Saya sudah lama tahu bahwa kembang api besi cair Zezhou adalah warisan budaya takbenda di China. Sungguh menakjubkan!" seru Vu Thi Dieu Quynh asal Vietnam sambil menikmati pertunjukan yang megah dan menakjubkan
Pertunjukan tradisional itu diiringi musik dan tarian tradisional daerah setempat, menambah suasana kegembiraan pada malam itu.
"Shanxi kaya akan sejarah dan kebudayaan, selalu menjadi 'jendela' penting untuk memahami China. Kami dengan tulus mengundang lebih banyak wisatawan mancanegara untuk datang dan berwisata ke provinsi kami," kata Chen.
Pewarta: Xinhua
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































