Beirut (ANTARA) - Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) pada Jumat (28/2) merilis laporan tentang dampak negatif berkepanjangan dari konflik Israel-Lebanon bagi anak-anak Lebanon bahkan setelah gencatan senjata, yaitu soal ketertinggalan pelajaran sekolah, trauma dan kelaparan.
Dalam survei yang dilakukan oleh UNICEF bulan lalu, 72 persen wali mengatakan anak-anak mereka cemas atau gelisah selama perang, dan 62 persen mengatakan mereka tertekan atau sedih, yang "mewakili lonjakan dari data sebelum perang yang dihimpun pada 2023".
Menurut laporan tersebut, di kegubernuran Baalbek-Hermel dan Bekaa yang padat penduduk, serangan udara yang berulang kali dilancarkan berdampak buruk terhadap gizi dan kesehatan anak-anak.
Di Baalbek-Hermel, 51 persen anak di bawah usia 2 tahun mengalami kemiskinan pangan yang parah. Di Bekaa, angkanya mencapai 45 persen, meningkat secara dramatis dari 28 persen pada 2023, menurut laporan itu.
Laporan itu juga menunjukkan situasi pendidikan yang menantang di Lebanon.
Terlepas dari gencatan senjata, tingkat kehadiran di sekolah masih rendah. Berdasarkan survei bulan lalu, lebih dari 25 persen anak masih tidak bersekolah, dibandingkan dengan 65 persen selama konflik.
Sementara itu, hambatan keuangan membuat banyak anak tidak dapat bersekolah. Dua pertiga keluarga dengan anak yang putus sekolah melaporkan bahwa tingginya biaya sekolah, transportasi, dan perlengkapan menjadi alasan utama, meningkat dua kali lipat sejak 2023.
Laporan itu menambahkan bahwa gedung-gedung sekolah hancur atau rusak berat selama perang, dan ratusan lainnya digunakan sebagai tempat penampungan bagi sekitar 1,3 juta orang yang mengungsi akibat konflik.
UNICEF mendesak komunitas global untuk membantu anak-anak Lebanon dengan berkontribusi terhadap permohonan bantuan sebesar 658,2 juta dolar AS (1 dolar AS = Rp16.431) mereka pada 2025, yang bertujuan untuk menyediakan bantuan penyelamat nyawa bagi 2,4 juta orang di negara tersebut.
"Lebanon harus menerima bantuan yang dibutuhkannya untuk memulihkan infrastruktur dan layanan vital, memastikan bahwa anak-anak memiliki masa depan yang dapat dinantikan," kata perwakilan UNICEF di Lebanon Akhil Iyer.
Iyer juga menyerukan kepada semua pihak untuk mematuhi ketentuan gencatan senjata dan bekerja sama dengan komunitas internasional guna mempertahankan perdamaian dan memastikan masa depan yang lebih cerah bagi anak-anak.
"Kami menyerukan kepada pemerintah baru di negara ini untuk memprioritaskan hak dan kebutuhan anak-anak dalam agenda reformasi dan pemulihan," kata Iyer menambahkan.
Penerjemah: Xinhua
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2025