Jakarta (ANTARA) - Kualitas udara Kota Jakarta pada Sabtu ini tidak sehat bagi kelompok sensitif sehingga disarankan mengenakan masker saat berada di luar rumah, demikian menurut laman IQAir dengan pembaruan pada pukul 08.00 WIB.
IQAir mencatat kualitas udara Jakarta berada pada poin 144 dengan tingkat konsentrasi polutan PM 2,5 sebesar 53 mikrogram per meter kubik atau 10,6 lebih tinggi nilai panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
PM 2,5 merupakan partikel berukuran lebih lebih kecil 2,5 mikron (mikrometer) yang ditemukan di udara termasuk debu, asap dan jelaga. Paparan partikel ini dalam jangka panjang dikaitkan dengan kematian dini, terutama pada orang yang memiliki penyakit jantung atau paru-paru kronis.
Rekomendasi kesehatan terkait kualitas udara saat ini selain mengenakan masker, juga menghindari beraktivitas di luar ruangan, menutup jendela demi menghindari udara luar yang kotor dan menyalakan penyaring udara.
Baca juga: Jalan Fatmawati-TB Simatupang disemprot kabut untuk tekan polusi udara
Adapun kualitas udara Jakarta tercatat berada pada urutan keempat terburuk di Indonesia, setelah Bandung (Jawa Barat) dengan poin 168, Serpong, Tangerang (153) dan Tangerang Selatan, Banten (153).
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mencatat penurunan kualitas udara di Jakarta tidak hanya dipengaruhi oleh aktivitas di dalam wilayah saja, tetapi juga oleh kondisi meteorologi dan kontribusi dari daerah-daerah aglomerasi di sekitarnya, seperti Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan Cianjur.
Berdasarkan inventarisasi emisi yang telah dilakukan, diketahui sektor transportasi dan industri masih menjadi dua sumber utama pencemar udara di Jakarta.
Untuk itu, Pemprov DKI Jakarta saat ini fokus pada pengendalian emisi dari dua sektor tersebut melalui sejumlah langkah antara lain memasyarakatkan penggunaan transportasi umum massal dan mewajibkan uji emisi kendaraan bermotor disertai penegakan hukum terutama untuk kendaraan berat.
Baca juga: Pengelola kawasan industri garda terdepan pengendalian kualitas udara
Upaya lainnya, yakni mengembangkan "Early Warning System" (EWS) untuk polusi udara sebagai bagian dari langkah antisipasi dan responsif dalam mengatasi pencemaran udara di Ibu Kota.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto mengatakan sistem ini akan memberikan informasi kualitas udara secara "real-time" hingga tiga hari ke depan, termasuk rekomendasi langkah mitigasi yang dapat dilakukan masyarakat, seperti mengenakan masker atau membatasi aktivitas di luar ruangan.
Menurut Asep, sistem tersebut dirancang tidak hanya sebagai dasar pengambilan kebijakan yang berbasis data, tetapi juga sebagai bentuk perlindungan terhadap kesehatan warga dari dampak buruk polusi udara.
Baca juga: 4.000 liter "water mist" disemprotkan untuk tekan polusi udara Jakarta
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.