Jakarta (ANTARA) - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Rachmat Pambudy mengungkapkan statistik menjadi matanya para pengambil kebijakan.
"Statistik adalah matanya para pengambil kebijakan, telinganya para pengambil strategi pembangunan," ujar Rachmat dalam keterangan resminya yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Menurut dia, pada waktu sidang di Komisi XI DPR RI, ada arahan dari Komisi XI yang membidangi keuangan, perencanaan pembangunan nasional, moneter, dan sektor jasa keuangan bahwa Bappenas sudah menghasilkan perencanaan yang baik.
Tapi, perencanaan yang baik tidak cukup, perencanaan yang baik harus dilaksanakan dengan baik. Dilaksanakan dengan baik juga tidak cukup, harus dirasakan dengan baik oleh para penerima manfaatnya.
"Tadi, saya berbicara dengan Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Bapak Maruarar Sirait atau Pak Ara, kalau bangun rumah tidak cukup hanya dihitung jumlahnya.Tapi, harus dirasakan oleh penghuninya dan perasaan itu tidak mudah, karena perasaan satu dengan orang yang lain itu berbeda," kata Rachmat.
Tapi, dengan metodologi statistik yang terbaik, lanjutnya, maka perasaan itu bisa diukur. Karena itu, Bappenas juga meminta kepada Badan Pusat Statistik (BPS) supaya tidak hanya mencatat, tapi juga mengukur. Tidak hanya mencatat dan mengukur, tapi juga melihat dampaknya.
"Kalau cara-cara bekerja seperti itu kita laksanakan, insya Allah 20 tahun yang akan datang, Indonesia Emas akan terwujud. Dan itu harus dimulai dengan statistik yang benar, statistik yang baik, dan benar statistik yang berdasarkan pada asas-asas kemanusiaan," kata Rachmat.
Dirinya berharap BPS dapat menjadi garda terdepan dalam menyediakan data untuk pembangunan nasional.
Baca juga: Kepala Bappenas: KPN 2045 bertujuan ubah urbanisasi jadi kesejahteraan
Baca juga: Bappenas dukung inovasi untuk kembangkan pisang nasional
Baca juga: Kementerian PKP dan Bappenas memperkuat skema pembiayaan alternatif
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.