Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Lingkungan Hidup (LH) Diaz Hendropriyono mengatakan target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) dalam Second Nationally Determined Contribution (NDC) akan mempertimbangkan target pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Di situ kita mendetailkan rencana Second NDC dengan tiga skenario yaitu 6,3 persen, 7 persen, dan juga 8 persen economic growth," kata Wamen LH/Wakil Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Diaz Hendropriyono dalam rapat persiapan delegasi Republik Indonesia untuk COP30 Brasil di Jakarta, Rabu.
Berbeda dengan target yang tertuang dalam Enhanced NDC, yaitu penurunan emisi GRK 31,89 persen melalui upaya mandiri dan 43,2 persen dengan dukungan internasional, dalam dokumen Second NDC akan memiliki angka yang lebih pasti.
"Kalau economic growth-nya itu 6 persen, artinya emisi kita sekian juta ton. Kalau economic growth 7 persen itu sekian ton. Kalau economic growth-nya 8 persen itu ada sekian ton juga. Jadi cara perhitungannya berbeda," tambahnya.
Dia sendiri belum merinci jumlah besaran target pengurangan emisi yang akan terkondisikan dalam masing-masing proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut.
Baca juga: Menteri LH lihat upaya kepala daerah turunkan emisi lewat Pekan Iklim
Baca juga: RI masukkan 2 skenario pertumbuhan ekonomi di dokumen iklim Second NDC
Pemerintah menyadari ketika terjadi pertumbuhan ekonomi akan terjadi juga peningkatan emisi dari sektor-sektor yang masuk dalam dokumen Second NDC tersebut.
Namun, Diaz memastikan bahwa upaya pengurangan akan berjalan secara beriringan sehingga tidak akan melewati batas dasar (baseline), yang akan menggunakan jumlah emisi GRK dihasilkan secara nasional pada 2019.
Target pengurangan emisi, jelasnya, akan menyesuaikan dari masing-masing skenario pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan oleh pemerintah.
"Jadi akan beriringan, tetapi kita akan ada baseline-nya begitu, yang menjadikan referensinya paling tidak, tidak setinggi business as usual," jelas Diaz.
Dalam dokumen terbaru, dua sektor masih menjadi sasaran utama pengurangan, karena menjadi sumber penghasil emisi terbesar, yaitu sektor kehutanan dan energi.
Untuk sektor kehutanan sendiri pemerintah menargetkan dapat mencapai kondisi di mana kemampuan penyerapan dapat lebih besar dibandingkan emisi yang dihasilkan pada 2030, atau dikenal juga dengan FOLU Net Sink 2030.
Sementara untuk sektor energi, pemerintah berfokus pada upaya transisi energi yang berkeadilan dan konservasi energi.
Baca juga: LPEM UI dorong insentif berbasis emisi dan TKDN pacu industri otomotif
Baca juga: Bursa Karbon RI catat nilai transaksi Rp78,37 miliar
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.