Kerja keras peneliti buka jalan masa depan digital aksara Tibet kuno

1 month ago 6

Lhasa (ANTARA) - Di Daerah Otonom Xizang, China barat daya, aksara Tibet kuno yang telah berusia lebih dari 1.300 tahun kini terintegrasi dengan mulus ke dalam kehidupan digital modern.

Kini, para pengguna ponsel pintar (smartphone) saling bertukar pesan dalam aksara Tibet yang sempurna, para pengunjung kuil memeriksa jam buka melalui aplikasi seluler, dan pasien rumah sakit dapat menyelesaikan proses pendaftaran dalam bahasa ibu mereka. Semua kemudahan ini merupakan hasil dari upaya yang dilakukan sebuah tim peneliti selama puluhan tahun.

"Operasi digital sehari-hari ini membuat kita mudah lupa bahwa aksara Tibet baru bisa diproses secara digital sekitar 30 tahun yang lalu," kata Nyima Tashi, seorang tokoh terkemuka dalam teknologi informasi berbahasa Tibet sekaligus anggota Akademi Teknik China.

Pada 1988, Nyima Tashi, yang kala itu berusia 24 tahun, lulus dari jurusan ilmu komputer di East China Normal University di Shanghai dan ditugaskan untuk mengajar di Universitas Xizang. Pada saat itu, teknologi informasi berbahasa Tibet masih dalam tahap awal, belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.

Empat tahun kemudian, Nyima Tashi dan timnya mengembangkan Sistem Pengolahan Informasi Berbahasa Tibet, Mandarin, dan Inggris, yang menjadi perangkat lunak praktis berbahasa Tibet pertama yang disetujui oleh otoritas setempat.

Menanggapi kebutuhan masyarakat Tibet dalam bidang teknologi informasi, perangkat lunak ini digunakan secara luas dalam pengolahan dokumen pemerintah, penyusunan buku teks, serta pelestarian buku-buku dan dokumen kuno, menandai awal digitalisasi bahasa Tibet di wilayah tersebut.

Saat internet mulai menyebar ke seluruh dunia pada 1990-an, berbagai bahasa di seluruh dunia mulai menetapkan standar pengodean internasional. Dari 1993 hingga 1997, Nyima Tashi memimpin timnya dalam menyusun proposal untuk standar pengodean aksara Tibet. Dia mengajukan proposal tersebut enam kali ke Organisasi Standardisasi Internasional (International Organization for Standardization/ISO).

"Setiap negara dapat bersaing untuk menetapkan standar pengodean bahasa Tibet. Saat itu, Inggris, Irlandia, dan negara lain juga mengajukan proposal," kenang Nyima Tashi. "Namun, China adalah tempat asal aksara Tibet, dan menjadi tanggung jawab kami untuk memastikan standardisasi internasionalnya."

Sebuah sistem pengodean yang ilmiah dan tepat harus mampu menangkap nuansa linguistik, menghindari ambiguitas, serta memastikan pertukaran dan penyebaran informasi yang akurat. Untuk mengatasi berbagai tantangan teknis, Nyima Tashi dan timnya melakukan perjalanan ke beberapa negara, menghadiri pertemuan kerja dan diskusi akademis untuk memperbaiki skema pengodean mereka.

Pada Juli 1997, proposal China tentang standar pengodean bahasa Tibet akhirnya disetujui oleh ISO, menjadi bagian dari set aksara terkodifikasi universal.

Pencapaian ini menjadikan bahasa Tibet sebagai bahasa minoritas China pertama yang memiliki standar digital internasional. Hal ini juga menandai bahwa aksara Tibet kuno secara resmi merambah panggung dunia dan memasuki era digital.

Nyima Tashi (tengah) membahas pengoperasian applet penerjemahan waktu nyata Tibet-Mandarin bersama para mahasiswanya di Universitas Xizang di Lhasa, Daerah Otonomi Xizang, China barat daya, 30 Mei 2024. (ANTARA/Xinhua/Jigme Dorje)

Berdasarkan standar baru tersebut, tim Nyima Tashi kemudian membangun pusat internet pertama di Xizang, yang berlokasi di Universitas Xizang, melalui Jaringan Pendidikan dan Penelitian China (China Education and Research Network). Dia juga meluncurkan laman web pertama di Xizang.

Dengan ditetapkannya standar pengodean, sistem pengoperasian pada ponsel digital dan telepon mobil akhirnya mampu menampilkan aksara Tibet secara akurat.

Bahkan di era kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) saat ini, berkat upaya puluhan tahun dari para peneliti, buku dan dokumen kuno Tibet dapat dikumpulkan secara digital melalui pemindaian dan identifikasi, sehingga teknologi itu benar-benar dapat berguna dan membantu perlindungan maupun pemanfaatan digital terhadap buku dan dokumen kuno.

"Sistem kami kini diterapkan di perpustakaan daerah dan dalam proyek perlindungan digital buku-buku kuno Istana Potala," ujar Yutso, salah satu anggota tim sekaligus profesor di Universitas Xizang.

"Saat ini, setiap ponsel dan komputer di seluruh dunia yang memproses bahasa Tibet kami mengandalkan standar yang ditetapkan oleh China," ujar Nyima Tashi dengan bangga.

Pewarta: Xinhua
Editor: Ade irma Junida
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |