Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong industri pakan dan pelaku usaha rantai pasok perunggasan menyerap ayam hidup (livebird) dari peternak rakyat guna menjaga keberlanjutan usaha dan menstabilkan harga ayam di tingkat produsen.
"Langkah ini penting untuk menjaga keberlanjutan usaha peternakan unggas sekaligus menstabilkan harga ayam di tingkat produsen," kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Agung Suganda dalam Rapat Koordinasi Dukungan Pakan terhadap Stabilisasi Harga Livebird sebagaimana keterangan dikonfirmasi di Jakarta, Jumat.
Menurut Agung, upaya stabilisasi harga livebird membutuhkan gotong royong lintas sektor, terutama dari perusahaan pakan, pabrik pakan non-budidaya dan pedagang bahan baku pakan.
“Kepada perusahaan pakan terintegrasi, saya minta untuk terus melakukan penyerapan ayam besar. Kepada pabrik pakan non-budidaya, saya juga meminta kontribusinya untuk menyerap livebird," ujarnya.
Ia menegaskan bahwa seluruh bentuk dukungan perlu dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) sebagai wujud komitmen terhadap upaya pemerintah menjaga harga livebird tetap layak.
"Termasuk kepada para trader bahan pakan unggas, Saudara-Saudara juga kami minta ikut menyerap ayam dari peternak karena Saudara adalah bagian dari mata rantai bisnis pakan,” ucap Agung.
Lebih lanjut, Agung menjelaskan pangan hewani berbasis unggas kini menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia dalam memenuhi kebutuhan protein.
Berdasarkan data partisipasi konsumsi 2024, 94 dari 100 penduduk mengonsumsi telur ayam, dan 66 dari 100 penduduk mengonsumsi daging ayam. Sebaliknya, daging sapi hanya dikonsumsi oleh 7 dari 100 penduduk.
“Dengan variabilitas pendapatan masyarakat, protein hewani berbasis unggas ini menjadi pilihan yang lebih terjangkau,” tuturnya.
Namun, keberlanjutan produksi unggas sangat ditentukan oleh komponen biaya pakan yang mencakup lebih dari 70 persen dari total biaya budidaya.
Data tahun 2024 menunjukkan produksi pakan nasional mencapai 18,4 juta ton, dengan 97 persen di antaranya merupakan pakan unggas.
Agung mengingatkan harga pakan yang tinggi tanpa diimbangi oleh harga jual livebird yang memadai akan melemahkan semangat peternak rakyat.
"Jika peternak berhenti produksi maka permintaan terhadap pakan juga akan menurun, dan itu merugikan semua pihak,” katanya.
Direktur Pakan Ditjen PKH Kementan Nur Saptahidhayat menyatakan intervensi terhadap harga livebird dan distribusi pakan hanya akan efektif jika dilakukan melalui kerja sama seluruh pemangku kepentingan.
Ia berharap para pelaku industri pakan menunjukkan empati terhadap nasib peternak yang merupakan mitra utama bisnis mereka.
“Kami menunggu komitmen konkret Saudara-Saudara. Ini bukan sekadar soal bisnis, tapi juga soal keberlanjutan pangan nasional,” kata Nur.
Baca juga: Pinsar soroti harga ayam hidup alami penurunan sejak awal Ramadhan
Baca juga: Kementan: Distribusi sapi kurban dari NTB diatur ulang, pasokan aman
Baca juga: Pinsar minta aturan perunggasan diubah guna jaga ketahanan pangan
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025