Mengapa tajwid dan tartil wajib saat membaca Al-Quran? Ini alasannya

3 hours ago 3

Jakarta (ANTARA) - Membaca Al-Quran bukan sekadar melafalkan huruf-huruf Arab tanpa makna, tetapi juga menunaikan adab terhadap wahyu Allah yang agung. Oleh sebab itu, membaca Al-Quran harus dengan tajwid dan tartil agar makna tidak berubah, serta agar bacaan sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.

Tajwid adalah ilmu yang mengajarkan cara melafalkan huruf dengan benar dari makhraj dan sifatnya, sedangkan tartil berarti membacanya dengan perlahan, tenang, dan penuh penghayatan.

Lantas mengapa tajwid dan tartil begitu penting saat membaca Al-Quran? Berikut ini penjelasannya yang dirangkum dari situs resmi Nu online dan berbagai sumber.

Alasan penggunaan tajwid dan tartil penting

Al-Quran merupakan kalam Ilahi yang agung, menjadi petunjuk utama bagi umat manusia dalam membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Karena kemuliaannya, setiap Muslim yang membaca Al-Quran dituntut untuk melakukannya dengan penuh ketelitian, sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan, dan bukan sembarangan.

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:

وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا

"Dan bacalah Al-Quran itu dengan perlahan-lahan (tartil)." (QS. Al-Muzzammil: 4)

Ayat ini menjadi penegasan bahwa membaca Al-Quran tidak boleh dilakukan secara terburu-buru atau asal-asalan. Ilmu tajwid berfungsi untuk menjaga bacaan dari kesalahan yang dapat mengubah makna, sedangkan tartil membantu agar setiap ayat yang dibaca bisa direnungi dan dihayati sepenuh hati.

Dengan mengamalkan keduanya, bacaan Al-Quran tidak hanya menjadi indah didengar, tetapi juga membawa kedalaman makna bagi jiwa yang membacanya.

Pentingnya tajwid ditegaskan oleh seorang ulama qira’at ternama, Syekh Al-Jazari, dalam bait syairnya di Manzhumah al-Jazariyyah:

وَالْأَخْذُ بِالتَّجْوِيدِ حِتْمٌ لَازِمُ # مَنْ لَمْ يُصَحِّحِ الْقُرآنَ آثِمُ

"Mengamalkan tajwid itu hukumnya wajib. Barang siapa tidak membenarkan bacaannya, maka ia berdosa."

لِأَنَّهُ بِهِ الإِلَهُ أَنْزَلا # وَهَكَذَا مِنْهُ إِلَيْنَا وَصَلَا

"Karena Allah menurunkan Al-Quran beserta cara membacanya, dan seperti itulah sampai kepada kita."

Al-Quran tidak hanya diturunkan berupa lafaz-lafaz mulia, tetapi juga dengan metode bacaan yang benar. Ini mencakup pengucapan huruf sesuai makhrajnya (makhārijul ḥurūf), penerapan hukum tajwid seperti pada huruf nun dan mim sukun, kaidah panjang-pendek (mad), serta aturan dalam berhenti dan memulai bacaan (waqf wa ibtidā’).

Menurut Syekh Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Yusuf bin Al-Jazari, Al-Quran diturunkan dengan cara bacanya sekaligus, sebagai bentuk mukjizat dan keindahan, serta untuk menjaga makna yang terkandung di dalamnya.

Oleh karena itu, dengan memahami dan menguasai ilmu tajwid, seorang Muslim dapat membaca Al-Quran dengan baik dan benar, tanpa hambatan.

Namun demikian, untuk mencapai kemampuan tersebut tidak cukup hanya belajar sendiri. Diperlukan proses, ketekunan, dan bimbingan dari guru yang kompeten agar ilmu tajwid tidak hanya dipahami secara teori, tetapi juga teraplikasi dalam bacaan sehari-hari. Dengan demikian, tujuan membaca Al-Quran sesuai tuntunan Rasulullah SAW dapat terwujud secara sempurna.

Baca juga: Makna tadabbur Al-Quran: Membaca dengan hati dan renungan

Baca juga: Larangan rasisme dalam perspektif Islam

Baca juga: Adab baca Al-Quran: Dari bersuci hingga memahami tajwid

Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |