Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pertanian (Kementan) dan Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan (BP Taskin) bersinergi memanfaatkan potensi sektor pertanian sebagai motor utama pemberdayaan masyarakat desa untuk menekan angka kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan petani secara berkelanjutan.
"Mewujudkan swasembada pangan tidak hanya berarti mencukupi kebutuhan nasional, tetapi juga mengangkat harkat dengan memberdayakan masyarakat dari kemiskinan menuju kemandirian," kata Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman usai penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Kementan bersama BP Taskin di Jakarta, Selasa.
Amran yang juga Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) menekankan kerja sama lintas sektor merupakan kunci utama keberhasilan program ini.
Amran menjelaskan upaya pengentasan kemiskinan tidak bisa hanya dilakukan di atas kertas, tetapi harus menyentuh langsung akar persoalan di lapangan. Ia mencontohkan keberhasilan pendekatan program pertanian berbasis nama dan alamat (by name by address) yang pernah diterapkan di salah satu kabupaten.
Dikatakan tingkat kemiskinan yang semula mencapai 38 persen berhasil ditekan menjadi hanya 8 persen dalam kurun satu hingga dua tahun melalui program pemberdayaan berbasis pertanian yang tepat sasaran dan berkelanjutan.
Upaya tersebut dapat dilakukan dengan mengidentifikasi warga miskin secara langsung, kemudian memberikan bantuan sesuai kondisi mereka, mulai dari alat dan mesin pertanian hingga ternak ayam bagi yang memiliki lahan terbatas.
“Kalau punya lahan kita bantu tanam dan beri alat mesin pertanian. Kalau lahannya sempit, kita bantu ternak ayam 50 ekor. Dalam dua tahun, mereka bisa keluar dari garis kemiskinan,” tuturnya.
Amran menegaskan kolaborasi lintas sektor penting karena sektor pertanian melibatkan 160 juta penduduk dan menopang 70 persen masyarakat Indonesia, sehingga berperan besar dalam meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian ekonomi.
Ia juga menuturkan kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah di tingkat petani menjadi Rp6.500 per kilogram serta kemudahan akses pupuk yang diberikan Presiden Prabowo Subianto turut mendorong peningkatan signifikan terhadap pendapatan petani di berbagai daerah.
"Nilai Tukar Petani kita sekarang 124, jauh di atas target 110 yang ditetapkan Kementerian Keuangan,” terang Amran.
Adapun kolaborasi program antara Kementan dan BP Taskin akan dimulai dengan pilot project di 10 kabupaten yang memiliki tingkat kemiskinan relatif tinggi, namun dengan kepala daerah yang dinilai proaktif dan berkomitmen tinggi terhadap perubahan.
Pendekatan yang diusung tidak sekadar memberikan bantuan, tetapi mendorong transformasi ekonomi lokal berbasis potensi pertanian rakyat, mulai dari peningkatan produktivitas, penyediaan alat dan mesin pertanian, hingga pemberdayaan rumah tangga miskin melalui peternakan dan usaha kecil.
Melalui skema aglomerasi, lanjut Amran, satu kabupaten sasaran akan menjadi poros bagi empat kabupaten sekitarnya, sehingga intervensi tidak hanya berdampak lokal, melainkan juga membentuk resonansi ekonomi kawasan.
Pendekatan ini diharapkan mampu mempercepat penurunan kemiskinan secara terukur dan menjadi model pembangunan inklusif di wilayah lain di Indonesia.
Sementara itu, Kepala BP Taskin Budiman Sudjatmiko menyebut kolaborasi itu menjadi contoh konkret sinergi antarlembaga yang berdampak langsung bagi masyarakat miskin.
Budiman menjelaskan, MoU itu akan segera ditindaklanjuti dengan rapat koordinasi antara Kedeputian BP Taskin dan tiga Direktorat Jenderal di Kementerian Pertanian, untuk memastikan data dan intervensi berjalan tepat sasaran.
“Kami mendata kantong-kantong kemiskinan secara by name by address di 10 kabupaten tahun ini, dan akan mengaitkannya dengan program Kementerian Pertanian di subsektor peternakan, tanaman pangan, perkebunan, dan hortikultura,” kata Budiman.
Baca juga: Kementan beri bibit dukung pangan bergizi bagi rumah tangga miskin
Baca juga: Kementan distribusikan 20 juta ayam-itik kepada 400.000 keluarga miskin
Baca juga: Mentan Amran sebut penunjukan sebagai Kepala Bapanas demi efisiensi
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.