Kemenperin komitmen penguatan industri lokal bagi ketahanan farmalkes

7 hours ago 3

Jakarta (ANTARA) - Kemenperin berkomitmen mendorong penguatan industri komponen lokal agar produk USG (ultrasonografi) dapat tumbuh menjadi ekosistem nasional sehingga ketahanan farmasi dan alat kesehatan (farmakes) dapat ditingkatkan.

Hal itu diutarakan Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kementerian Pertanian Solehan dalam peluncuran dua alat ultrasound oleh GE Healthcare di Jakarta, Rabu.

Solehan mengatakan bahwa USG sebagai alat elektromedis, memiliki banyak fungsi, mulai dari pemantauan perkembangan janin selama kehamilan hingga mendeteksi masalah pada organ tubuh.

Oleh karena itu, katanya, keberadaan industri USG ini akan mendukung kemandirian alat kesehatan dalam negeri.

"Fakta bahwa hari ini industri dalam negeri berhasil menghadirkan produk ini secara mandiri menunjukkan bahwa kemampuan industri nasional kita semakin siap naik kelas. Ke depannya kami akan mendorong agar industri dalam negeri mampu menguasai sejak dari desain awal sebuah produk alat kesehatan," katanya.

Dia mengatakan, USG adalah sebuah mesin yang kompleks karena membutuhkan kolaborasi lintas disiplin mulai dari elektronika, permesinan, hingga kedokteran.

Kemudian, tahapan pengembangan produknya pun panjang, mulai dari desain awal, prototyping, hingga instalasi dan pelatihan terhadap tenaga atau tenaga kesehatan.

Sejumlah upaya yang dilakukan pihaknya guna membangun ekosistem industri USG, yakni pembentukan hub bahan baku alat kesehatan guna melakukan kajian mengenai penguatan bahan baku.

Kemudian, melakukan seleksi investasi. Dia mencontohkan, yang dilakukan oleh GE Healthcare adalah salah satu bentuk investasi teknologi tinggi dengan nilai tambah, yang dapat mengisi permintaan pasar domestik bahkan impor.

Pihaknya juga siap memanfaatkan manufaktur yang cerdas agar kualitas dan efisiensi produksi dapat ditingkatkan.

Selain itu, Kemenperin juga akan menjalin kolaborasi dengan sektor riset dan pendidikan tinggi, akademisi, agar inovasi dapat terus berlanjut.

Menurutnya, teknologi tingkat menengah dan tinggi seperti USG ini dapat menghasilkan nilai yang lebih besar dibanding teknologi rendah, sehingga dapat menarik investasi.

Dia mengutip data Sistem Industri Nasional (SINAS), menunjukkan bahwa kini sudah ada 393 perusahaan alat kesehatan yang terdaftar dengan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI).

Kemudian, data rekapitulasi sertifikat TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) menunjukkan, ada 2.505 sertifikat TKDN yang terbit dan masih berlaku untuk produk alat kesehatan.

"Antara lain produk tempat tidur rumah sakit, hospital bed, bapak ibu sekalian. Alat suntik, syringe, tensimeter, elektromedis, ventilator, dan lain sebagainya dengan nilai TKDN dengan range antara 16,45 persen sampai dengan 92,22 persen." kata Solehan.

Menurut Solehan, masih ada sejumlah tantangan yang perlu dijawab, yakni ketersediaan bahan baku lokal khususnya bahan baku medical grade.

"Kedua juga skala produksi yang harus didorong agar kompetitif secara ekonomis melalui perluasan pasar baik domestik maupun global yang membutuhkan dukungan regulasi seperti TKDN dan promosi bersama," katanya.

Oleh karena itu, pihaknya bersama Kementerian Kesehatan dan Kementerian Perdagangan sempat melakukan promosi alat kesehatan di sejumlah negara guna memasarkan produk nasional, serta mencari mitra untuk adopsi teknologi dan kerja sama.

"Dengan kerja sama yang sudah terjalin antara Kemenperin, industri, Kemenkes, akademisi dan faskes, kami percaya bahwa kebijakan pengembangan industri alat kesehatan sudah berada di jalur yang tepat," katanya.

Baca juga: Peluncuran 2 produk AKD dapat mempercepat 3 program quick win

Baca juga: Dokter: Kombinasi Sadiri, USG dan Mammografi Tingkatkan Peluang Kesembuhan

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Iskandar Zulkarnaen
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |