PHE ONWJ dan warga Tanjungpakis kerja sama olah sampah jadi rupiah

6 hours ago 3

Jakarta (ANTARA) - Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) dan Kelompok Kerja Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (KKPMP) Desa Tanjungpakis, Karawang, Jawa Barat menginisiasi program bank sampah dan mengolah sampah menjadi rupiah.

Program tersebut tidak hanya membantu mengatasi masalah sampah di wilayah pesisir, tetapi juga dapat memberikan peluang ekonomi bagi masyarakat setempat.

"Dengan melibatkan para istri nelayan sebagai pemilah sampah dan para nelayan sebagai pengangkut sampah, kami berharap dapat menciptakan lapangan kerja baru dan mendorong kesadaran akan pentingnya pengelolaan limbah yang berkelanjutan," kata Head of Communication, Relations & CID PHE ONWJ R. Ery Ridwan dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.

Melalui program tersebut, kata dia, PHE ONWJ berupaya untuk mengurangi pencemaran laut akibat limbah plastik serta meningkatkan kualitas lingkungan pesisir.

"Kami percaya bahwa kolaborasi antara masyarakat lokal dan sektor swasta dapat menghasilkan solusi inovatif dalam menangani masalah sampah sekaligus memberdayakan komunitas," ujar Ery.

Berlokasi di bank sampah, para istri nelayan memilah sampah-sampah plastik berdasarkan kategori. Sampah botol air mineral kemasan 600 ml dan 1,5 liter mendapatkan tempat paling istimewa. Saat dijual ke pengepul, jenis sampah tersebut harganya paling tinggi, mencapai Rp6.000 per kilogram.

Menyusul sampah kemasan minuman plastik ukuran yang lebih kecil 220 ml dijual berkisar Rp2.000 hingga Rp5.000 per kilogram. Sedangkan sampah tutup botol Rp2.500 per/kg dan sampah ember plastik Rp1.800 per/kg.

Selama setahun setengah terakhir, para istri nelayan tersebut aktif sebagai pemilah sampah untuk membantu mencari nafkah tambahan di saat hasil tangkapan nelayan menurun karena cuaca tidak menentu.

Sampah botol air mineral paling banyak ditemukan di Tanjungpakis. Ratusan nelayan kerap membawa air mineral kemasan 1,5 liter sebagai bekal melaut. Sekali berangkat untuk perjalanan singkat selama sehari penuh, satu kapal berisi empat kru bisa membawa dua sampai empat botol air.

Baca juga: Pemprov Lampung targetkan bank sampah induk dan unit terbentuk
Baca juga: Semua RW di Jakpus kini miliki bank sampah

Kebiasaan tersebut berdampak pada melimpahnya sampah. Tak hanya berupa sampah plastik, sampah domestik turut memberikan andil.

Ketua KKPMP Tanjungpakis Sopyan Iskandar menuturkan sampah berasal dari dua sumber utama. Pertama, sampah rumah tangga dan limbah industri kecil yang dibuang sembarangan dari hulu sungai, mengambang terbawa sampai muara dan tersangkut di pantai. Kedua, sampah yang dibuang sembarangan oleh masyarakat.

"Memang masih ada masyarakat pesisir yang buang sampah sembarangan karena memang wilayah pesisir sulit dijangkau armada sampah dari dinas. Aksesnya jauh, jumlah armadanya sedikit," kata Sopyan.

Ada opsi lain, kata Sopyan, misalnya dengan membuka layanan pengangkutan sampah, namun biayanya sangat tinggi.

"Makanya kami inisiatif membuat program ini agar persoalan sampah bisa ditangani dengan biaya rendah karena berbasis komunitas. Sembari kami mendorong perubahan perilaku masyarakat agar membuang sampah pada tempatnya," ujarnya.

Eksistensi program Bank Sampah di Desa Tanjungpakis, Kecamatan Pakisjaya, Karawang dimulai dengan membagikan tempat sampah dan buku tabungan kepada 114 rumah secara gratis.

Kepala keluarga dari masing-masing rumah otomatis menjadi nasabah bank sampah. Secara berkala setiap dua kali seminggu, petugas bentukan KKPMP mengambil sampah-sampah tersebut, lalu dikumpulkan di tempat pemilahan untuk dipilah. Sampah bernilai ekonomis akan diserahkan ke pengepul. Sementara yang tidak bernilai ekonomis akan dimusnahkan.

Hasil keuntungan dari sampah ekonomis yang dijual akan dibagi dua. Pertama, untuk kebutuhan operasional, seperti perawatan sekretariat, perawatan tempat sampah, upah penarik dan pemilah sampah. Sisanya akan jadi hak nasabah dalam bentuk tabungan. Nasabah bisa kapan saja menarik tabungan tersebut.

"Masyarakat senang karena dari perilaku buang sampah pada tempatnya ternyata bisa menghasilkan uang. Bahkan ada rumah yang dalam waktu tiga bulan sudah mengumpulkan saldo tabungan mencapai Rp400 ribu. Petugas pemilah dan penarik sampah yang berasal dari masyarakat juga senang karena mereka jadi punya alternatif mata pencaharian," kata Sopyan.

Baca juga: Pemerintah gandeng Bank Dunia atasi masalah sampah di Indonesia
Baca juga: Hari Bumi, KLH ingatkan peran bank sampah kurangi timbulan sampah

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |