Kemendukbangga sebut pengendalian kelahiran kunci cegah stunting

2 months ago 8
Kelahiran yang tidak direncanakan bisa memperbesar risiko stunting. Maka, kendali kelahiran jadi kunci

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN menyebut pentingnya pengendalian kelahiran sebagai kunci pencegahan stunting melalui peningkatan kualitas penduduk.

Sekretaris Kemendukbangga)/Sekretaris Utama BKKBN Budi Setiyono menyatakan bahwa upaya membangun kualitas penduduk tidak hanya bergantung pada jumlah, tetapi juga pada bagaimana setiap individu lahir, tumbuh, dan berkembang dalam keluarga yang sehat dan terencana. Di sinilah program KB dan kesehatan reproduksi memainkan peran strategis.

"Melalui perencanaan keluarga yang tepat, risiko kehamilan yang dikenal sebagai 'empat terlalu' atau terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering, dan terlalu banyak, dapat dicegah lebih dini," kata Budi saat dikonfirmasi di Jakarta, Selasa.

Ia mengemukakan dalam rencana strategis 2025–2029, Kemendukbangga/BKKBN menetapkan arah kebijakan yang fokus pada peningkatan akses dan kualitas layanan KB dan kesehatan reproduksi yang komprehensif.

Baca juga: BKKBN: Pengendalian angka kelahiran bisa wujudkan Indonesia Emas 2045

Pelayanan ini berbasis kewilayahan dan memperhatikan segmentasi sasaran. Dua indikator strategis yang menjadi tolak ukur yakni proporsi kebutuhan KB yang terpenuhi dengan metode modern dan penurunan angka kehamilan yang tidak diinginkan.

Sementara itu, tiga indikator program yang terus diperjuangkan adalah angka prevalensi kontrasepsi modern (mCPR), kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi (unmet need), dan proporsi pasangan usia subur dengan kehamilan risiko tinggi.

Capaian program hingga 2024 menunjukkan bahwa mCPR berada pada angka 61,7 persen dari target 63,41 persen, unmet need 11,1 persen dari target 7,40 persen, dan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) pada angka 25,5 persen dari target 28,39 persen. Satu capaian yang telah memenuhi target nasional adalah angka kelahiran remaja (ASFR) sebesar 18 per 1.000 wanita usia subur.

Baca juga: BKKBN: Pengendalian kelahiran secara nasional sudah "on the track"

Sementara itu, Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Kemendukbangga/BKKBN Wahidin mengatakan, isu kontrasepsi perlu menjadi perhatian serius karena jika gagal dipenuhi, negara berisiko mengalami ledakan penduduk yang berdampak pada meningkatnya kebutuhan terhadap anggaran.

Menurutnya, kontrasepsi menjadi salah satu solusi penting dalam mencegah stunting dan mengurangi beban negara terhadap penyakit gagal tumbuh tersebut.

“Kelahiran yang tidak direncanakan bisa memperbesar risiko stunting. Maka, kendali kelahiran jadi kunci,” ujarnya.

Saat ini, 97 persen pengguna kontrasepsi adalah perempuan. Wahidin berharap ada inovasi kontrasepsi untuk laki-laki agar peran lebih merata.

“Pilihan untuk pria masih sangat terbatas. Kita butuh terobosan," ujarnya.

Baca juga: Angka kelahiran tinggi jadi "PR" Jabar terkait pengendalian penduduk

Baca juga: Mendukbangga: Penyelesaian stunting tak bisa selalu pakai cara Jakarta

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |