Jakarta (ANTARA) - Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDT) meminta para alumni LPDP non-ASN yang menjadi peserta program Pengabdian Alumni Non-ASN LPDP (PANA-LPDP) untuk mengembangkan pariwisata berbasis ekosistem di desa.
Menurut Direktur Jenderal (Dirjen) Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Kemendes PDT Samsul Widodo, melalui pendekatan ekosistem itu, pembangunan wisata desa tidak dilakukan secara parsial atau pada sektor tertentu, tetapi harus memandang keterhubungan lintas sektor atau suatu ekosistem.
“Pendekatan yang harus teman-teman lakukan, mungkin ada yang fokus pariwisata, teman-teman harus pendekatannya ekosistem. Pendekatannya harus ekosistem. Jangan hanya di situ orang jual pemandangan,” ujar Samsul saat memberikan materi dalam Pembekalan Peserta Program Pengabdian Alumni LPDP Non-ASN di Kantor Kemendes PDT, Jakarta, Kamis.
Dia menyampaikan pula bahwa konsep wisata berbasis ekosistem mencakup pengelolaan sumber daya, pemanfaatan kelembagaan desa, hingga keterlibatan masyarakat secara langsung.
Baca juga: Kemendes gandeng alumni LPDP non-ASN kembangkan desa wisata
Dengan begitu, kata dia, wisata desa tidak hanya menghadirkan daya tarik pemandangan, tetapi juga memberi nilai tambah ekonomi dan menjaga keberlanjutan lingkungan.
"Jangan hanya di situ orang jual pemandangan, duduk-duduk, kan bisa menyediakan paket makan siang, bisa menyediakan produk-produk yang ada di desa itu," ujar dia.
Kemendes berharap alumni Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Non-ASN bisa menjadi motor penggerak inovasi di desa melalui konsep itu.
Sebelumnya dalam kesempatan yang sama, Direktur Penyerasian Pembangunan Sosial Budaya dan Kelembagaan Kemendes PDT Dimposma Sihombing telah menyampaikan bahwa program Pengabdian Alumni Non-ASN LPDP (PANA-LPDP) berfokus pada peningkatan kapasitas desa wisata dan pariwisata berkelanjutan.
Baca juga: Kemenpar ingin jadikan Desa Tommo sebagai desa wisata andalan Mamuju
Selain membangun desa wisata berkelanjutan, ujar Dimposma melanjutkan, program itu juga berfokus mendorong percepatan pembangunan desa dan daerah tertinggal melalui penguatan sosial budaya dan kelembagaan di desa.
Lebih lanjut, dia menyampaikan bahwa kegiatan pengabdian itu diikuti oleh 24 alumni LPDP non-ASN yang terdiri atas 21 orang lulusan pendidikan di dalam negeri dan 3 orang merupakan lulusan pendidikan luar negeri. Mereka akan mendampingi masyarakat di sejumlah desa di Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur.
Desa itu meliputi Desa Karuni, Desa Watu Kawula, Desa Maliti Bondoate, dan Desa Pero Konda.
“Kabupaten Sumba Barat Daya ini salah satu kabupaten daerah tertinggal di Indonesia,” ujar Dimposma.
Baca juga: Desa Wisata Tamanmartani tawarkan pengalaman cicipi buah ajaib
Dimposma juga menyampaikan bahwa program pengabdian yang digelar selama enam bulan sejak September 2025 hingga Februari 2026 mendatang itu memiliki sejumlah tujuan.
Di antaranya adalah meningkatkan kemampuan dan keterampilan alumni LPDP non-ASN, memberikan kesempatan bagi alumni untuk mengenal langsung kondisi daerah tertinggal, serta mendukung pemerintah daerah dalam upaya pengembangan desa wisata berkelanjutan.
Baca juga: Pelaku UMKM desa wisata dapat pelatihan pariwisata ramah lingkungan
Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.