Jakarta (ANTARA) - Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) RI secara resmi meluncurkan Program Pendanaan Hilirisasi Riset-Pengujian Model dan Prototipe Tahun 2025 guna mendukung riset efektif.
Program ini merupakan bagian dari langkah strategis dalam memperkuat ekosistem inovasi nasional yang inklusif dan berkelanjutan dalam rangka rangka mewujudkan Asta Cita dari nomor 1-8, melalui pengembangan riset dan pengembangan yang memiliki dampak.
"Kita ingin memastikan bahwa riset pada akhirnya bisa memberikan dampak pada permasalahan yang ada di Industri, masyarakat dan pemerintah. Suatu produk atau kebijakan harus memiliki basis pengetahuan yang sangat kuat, untuk itu riset memang harus sangat kuat, lebih dari itu adalah bagaimana membuat riset itu kita dorong untuk menjadi suatu produk komersial yang tentunya membutuhkan kerjasama dengan industri," kata Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto melalui keterangan di Jakarta, Jumat.
Menteri Brian menjelaskan program pendanaan kompetitif ini bertujuan mendorong riset-riset inovatif agar tidak berhenti di publikasi saja, melainkan berkembang menjadi model atau prototipe yang siap terap dan dapat diadopsi oleh dunia usaha dan dunia industri.
Salah satu amanat Asta Cita yang menjadi fokus utama dalam program ini yaitu Nomor 5: melanjutkan hilirisasi dan mengembangkan industri berbasis sumber daya alam, untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri.
Selain memperkuat sinergi antara perguruan tinggi dan dunia usaha dunia industri (DUDI), program ini juga diharapkan menciptakan nilai tambah melalui kolaborasi dengan pemerintah daerah, komunitas lokal, dan pelaku UMKM.
Selanjutnya perguruan tinggi dihimbau untuk adaptif terhadap disrupsi teknologi, terintegrasi dengan ekosistem digital, dan mampu menjadi motor inovasi serta solusi nyata bagi masyarakat.
Sementara, Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan, Kemdiktisaintek RI Fauzan Adziman menyampaikan bahwa keberhasilan program ini sangat bergantung pada kolaborasi lintas sektor, serta kemampuan peneliti dan perguruan tinggi dalam memahami kebutuhan nyata di lapangan.
"Kami tidak hanya mendorong riset yang unggul dalam ekosistem perguruan tinggi, tetapi juga riset yang memiliki keberlanjutan, potensi bisnis, dan keterhubungan langsung dengan masyarakat dan industri. Inilah semangat hilirisasi, agar hasil penelitian tidak berhenti di jurnal, tetapi menjelma menjadi teknologi terapan yang berdampak," ujarnya.
Diketahui, pengusulan proposal dibuka mulai 7 hingga 20 Mei 2025 melalui platform Basis Informasi Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (BIMA).
Pada Tahun 2025 ini, Program Hilirisasi Riset-Pengujian Model dan Prototipe menetapkan delapan bidang fokus utama, yaitu pangan, energi terbarukan, kesehatan (obat), transportasi, rekayasa keteknikan, pertahanan-keamanan, kemaritiman, serta sosial humaniora-pendidikan-seni-budaya. Bidang riset lainnya yang bersifat lintas disiplin juga diakomodasi.
Program ini dirancang agar dapat meningkatkan Tingkat Kesiapterapan Teknologi (TKT) dari level 4-9, serta mendukung pengembangan produk inovatif lokal yang berdaya saing global. Program Pengujian model dan prototipe ini merupakan bagian dari rangkaian inisiatif hilirisasi riset yang tengah dikembangkan.
Baca juga: Mendiktisaintek: Pendidikan tinggi memegang kunci Indonesia Emas 2045
Baca juga: Kemdiktisaintek genjot sinergi multisektor, wujudkan riset berdampak
Baca juga: Kemdiktisaintek dan Pindad teken MoU kerja sama pacu hilirisasi
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2025