Jakarta (ANTARA) - Kedutaan Besar RI (KBRI) Tokyo mengapresiasi Grup Kesenian Geino Yamashirogumi dari Jepang yang menyelenggarakan Geinoh Yamashirogumi Festival Kecak ke-47 pada 30 Juli – 3 Agustus 2025 di Shinjuku, Tokyo, Jepang.
Menurut siaran pers KBRI Tokyo yang diterima di Jakarta, Jumat, festival budaya Bali tersebut menampilkan alat musik tradisional Bali seperti jegog dan gamelan, serta tarian tradisional seperti Legong dan Kecak sebagai penampil utama selama lima hari pertunjukan.
Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) KBRI Tokyo Maria Renata Hutagalung mengapresiasi penyelenggaraan festival tersebut sebagai salah bentuk promosi kesenian Bali kepada warga Jepang.
“Kolaborasi seni budaya ini mengingatkan kita akan kekuatan transformatif pertukaran budaya yang melampaui batas dan memperdalam saling pengertian,” kata Maria yang kehadirannya diwakili oleh Koordinator Fungsi Penerangan Sosial Budaya KBRI Tokyo Muhammad Al Aula.
Menurutnya, festival tersebut mampu menghadirkan kekayaan budaya Indonesia, dalam hal ini Bali, yang menyoroti keindahan musik, tari, dan tradisi mendongeng Indonesia, serta berfungsi sebagai jembatan persahabatan antara Indonesia dan Jepang.
“KBRI Tokyo siap mendukung setiap kegiatan yang digelar. Semoga festival ini terus terselenggara sebagai simbol kerukunan budaya dan menginspirasi kolaborasi yang lebih erat antar kedua bangsa,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Geinoh Yamashirogumi Komite Eksekutif Festival Kecal, Akira Yajima, menjelaskan bahwa festival itu menampilkan perpaduan tari Kecak Bali dengan musik gamelan dan pertunjukan seni lainnya yang menciptakan pengalaman budaya yang unik.
Menurutnya, Geinoh Yamashirogumi didirikan pada 1974, dan pada saat itu, Jepang sedang berada dalam kekaguman mendalam terhadap peradaban modern Barat yang mengakibatkan tradisi masyarakat pedesaan dan festival semakin dianggap ketinggalan zaman, dan pihaknya meluncurkan festival kecak pada 1976.
“Festival ini lahir sebagai bentuk perlawanan terhadap tren tersebut. Tema tahun ini adalah “A Festive Space Where Living Brains Outshine AI.” Aktivitas otak melalui sinyal yang termanifestasi dan tak kasat mata itulah esensi sejati Tari Kecak,” kata Akira.
“Suara dan ritme, suara-suara yang saling tumpang tindih, koreografi kolektif, semua ini dipandu oleh persepsi yang tak terucapkan,” tambahnya. Diperkirakan sebanyak 100 warga Jepang membawakan tarian Legong dan Kecak, termasuk pemain gamelan dan jegog.
KBRI Tokyo menyebutkan bahwa lebih dari 500 pengunjung menikmati pertunjukan tari bali yang diiringi alunan musik gamelan Bali yang dinamis, riuh, menarik dan indah.
Nuansa Bali sangat terasa saat pengunjung memasuki area pelataran Gedung Mitsui di Shinjuku, tempat festival itu diadakan.
Pihak KBRI mendeskripsikan mulai dari gapura sebagai latar belakang, pintu masuk pertunjukan, kain endek atau kain khas Bali, dan payung tradisional semua memancarkan ambien sangat khas Bali.
Pencahayaan lampu sekitar area dan lampu sorot pertunjukan juga menambah suasana magis yang coba dihadirkan selama pertunjukan.
Baca juga: KBRI Tokyo promosikan Indonesia di All Together Festival Tokyo
Baca juga: KBRI Tokyo gelar Festival Hari Persahabatan Internasional
Pewarta: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.