Bondowoso (ANTARA) - Tokoh penyayang anak Seto Mulyadi yang lebih dikenal dengan panggilan Kak Seto, kini menjalani perawatan di rumah sakit karena mengalami stroke ringan.
Seraya mendoakan psikolog kelahiran Klaten, Jawa Tengah, 28 Agustus 1951, yang juga Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia itu segera pulih, kita juga bisa menggali kembali nilai-nilai yang selama ini diperjuangkan oleh Kang Seto terkait pentingnya memenuhi kebutuhan kasih sayang pada anak.
Kak Seto selalu menunjukkan kepedulian terhadap kasus-kasus yang menimpa anak, terutama terkait dengan kekerasan, baik fisik maupun psikis. Bukan hanya merespons kasus, Kak Seto juga menggugah kesadaran para orang dewasa untuk menyajikan lingkungan yang nyaman bagi anak.
Kak Seto mengingatkan orang tua untuk tidak hanya mengandalkan perintah dalam mendidik anak, melainkan memberi contoh dalam sikap maupun perkataan. Dengan demikian tumbuh kembang anak di keluarga tidak berjalan dengan suasana penuh ketakutan dan tekanan.
Bagi Kak Seto, kini bukan saatnya orang tua menjadi bos atau komandan bagi anak-anaknya. Kata-kata perintah dan "harus" tidak akan efektif untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan tertentu terhadap anak.
Anak-anak masa kini lebih menerima suatu nilai atau ajaran untuk diikuti dengan cara memberi teladan. Teladan ini bukan hanya perbuatan, melainkan juga perkataan. Bagaimana orang menyampaikan kalimat dan gestur atau intonasi saat menyampaikan sesuatu juga akan diteladani atau ditiru oleh anak.
Untuk di sekolah, Kak Seto juga mengingatkan insan pendidikan, terutama guru, untuk menghadirkan metode pendidikan yang kreatif dan menyenangkan bagi anak.
Menghadapi era digital, saat ini, Kak Seto juga memberikan panduan kepada para orang tua bagaimana mendidik anak berhadapan dengan dunia maya yang membawa dampak dua sisi sekaligus, positif dan negatif.
Di satu sisi, perkembangan digital ini membawa dampak positif bagi anak untuk bertumbuh lebih cepat secara kognitif atau menerima beragam pengetahuan. Di sisi lain, era digital ini tidak mudah untuk menghindarkan anak dari pengaruh negatif, seperti kekerasan, pornografi, dan merosotnya akhlak.
Menghadapi kenyataan demikian, mengharuskan semua orang tua untuk setiap saat hadir penuh membersamai anak. Hadir penuh itu bukan hanya dalam pengertian fisik, melainkan juga jiwa.
Seringkali, orang tua di rumah tidak menyadari bahwa secara fisik mereka hadir bersama anak, tapi absen secara jiwa. Ketika orang tua di rumah sibuk dengan telepon seluler (ponsel) pintarnya, dan pengasuhan anak-anak diserahkan kepada ponsel pintar, ini pertanda bahwa anak tidak didampingi secara jiwa.
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

















































