Teheran (ANTARA) - Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmaeil Baghaei, Selasa malam (10/12), telah menolak klaim yang dibuat dalam pernyataan bersama oleh Prancis, Jerman dan Inggris terkait perkembangan terkini dalam program nuklir damai Iran.
Keputusan untuk mengaktifkan sejumlah mesin sentrifugal canggih di fasilitas nuklir Iran dibuat dalam kerangka hak para pihak dalam Perjanjian Non-Proliferasi (NPT) dan dengan informasi sebelumnya di bawah pengawasan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), kata Baghaei.
Baghaei menyampaikan hal tersebut saat menanggapi pernyataan dari tiga negara Eropa, Prancis, Jerman dan Inggris, yang secara bersama-sama dikenal sebagai E3 atau Troika.
Juru bicara itu mengklarifikasi bahwa Republik Islam Iran, sebagai anggota IAEA yang bertanggung jawab, telah membuktikan komitmennya untuk bekerja sama dengan IAEA, yang juga dibuktikan dengan kesepahaman yang dicapai selama kunjungan Direktur Jenderal IAEA bulan lalu ke Teheran.
Sangat disesalkan bahwa ketiga negara Eropa, terlepas dari pencapaian kunjungan Rafael Grossi, yang dapat menjadi dasar untuk memperkuat kerja sama di masa mendatang, bersikeras pada pendekatan mereka yang tidak konstruktif dan melanjutkan dengan resolusi anti-Iran pada pertemuan Dewan Gubernur IAEA, katanya.
Pernyataan itu muncul sehari setelah E3 mengulangi klaim dan tuduhan bermotif politik bahwa Iran sedang memiliterisasi program nuklirnya dengan peningkatan jumlah sentrifugal dan dengan persiapan untuk memasang infrastruktur pengayaan tambahan.
Pernyataan oleh ketiga negara tersebut mengeklaim bahwa tindakan tersebut semakin merusak kesepakatan nuklir 2015 (juga dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama atau JCPOA) dan akan meningkatkan persediaan uranium yang diperkaya Teheran "tanpa pembenaran sipil yang kredibel".
Pernyataan ketiga negara itu muncul menyusul laporan kepala IAEA tentang peningkatan produksi uranium yang diperkaya 60 persen di Iran.
Mereka melanjutkan dengan mengatakan bahwa tindakan Iran telah membuat JCPOA menjadi lemah, tanpa menyebutkan pihak mana yang tidak mematuhi dan tidak bertindak sehingga kesepakatan itu terhenti.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran tersebut menanggapi dengan mengaitkan kegagalan JCPOA dengan beberapa penandatangannya.
Situasi terkini terkait implementasi JCPOA bukanlah aktivitas nuklir Iran atau langkah kompensasinya, tetapi penarikan diri sepihak salah satu anggota (Amerika Serikat) dan kegagalan tiga penandatangan Eropa untuk memenuhi kewajiban mereka, Baghaei menggarisbawahi.
Mengacu pada pertemuan Iran baru-baru ini dengan perwakilan tiga negara Eropa di Jenewa, Baghaei menyatakan bahwa Republik Islam terus percaya pada interaksi konstruktif berdasarkan rasa saling menghormati.
Tetapi pada saat yang sama, lanjut Baghaei, akan menanggapi setiap perilaku konfrontatif dan ilegal dalam kerangka hak hukumnya dan dengan cara yang tepat.
Juru bicara Iran itu, sembari menekankan pentingnya keterlibatan yang konstruktif, menyarankan ketiga negara Eropa itu untuk mengatasi akar penyebab situasi saat ini alih-alih mengeluarkan pernyataan provokatif dan tidak membantu mengenai aktivitas nuklir damai Iran.
Dia menilai akar penyebab situasi saat ini merupakan kombinasi dari ketidakpatuhan yang berkelanjutan dan kebijakan tekanan serta sanksi yang ilegal dan tidak manusiawi terhadap bangsa Iran.
Iran mengambil langkah-langkah baru terkait nuklir sebagai tanggapan atas resolusi yang tidak konstruktif yang disahkan oleh Dewan Gubernur IAEA atas perintah Inggris, Prancis, dan Jerman yang gagal mematuhi kewajiban JCPOA mereka.
Sumber: IRNA-OANA
Baca juga: Iran bertekad tolak tekanan Barat terkait program nuklirnya
Baca juga: Iran gelar pembicaraan nuklir dengan Prancis, Jerman dan Inggris
Penerjemah: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2024