London (ANTARA) - Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dan Presiden Prancis Emmanuel Macron meluncurkan serangkaian perjanjian menyeluruh pada Kamis (10/7).
Berbagai kesepakatan itu menandai peningkatan hubungan bilateral yang mendalam melalui kerja sama penangkalan nuklir yang terkoordinasi dan skema pengendalian migrasi baru.
ALIANSI NUKLIR
Pada hari terakhir kunjungan Macron selama tiga hari ke Inggris, Starmer mengumumkan bahwa kedua belah pihak telah menandatangani Deklarasi Northwood, sebuah pernyataan nuklir bersama yang untuk pertama kalinya berkomitmen mengoordinasikan penangkalan nuklir independen mereka.
Saat berbicara bersama Macron di Markas Besar Bersama Permanen (Permanent Joint Headquarters), Starmer menggambarkan Deklarasi Northwood sebagai "benar-benar bersejarah," seraya menyebutkan bahwa langkah tersebut dilakukan sebagai respons atas apa yang digambarkan oleh kedua pemimpin sebagai "ancaman ekstrem" terhadap keamanan Eropa.
"Mulai hari ini, musuh-musuh kita akan tahu bahwa setiap ancaman ekstrem terhadap benua ini akan memicu respons dari kedua negara kami," kata Starmer.
Mengamini pernyataan Starmer, Macron berkata, "Keputusan ini berarti kami tidak mengecualikan koordinasi penangkalan masing-masing. Ini adalah pesan yang harus didengar oleh mitra dan musuh kami."
"Kami tidak dapat membayangkan adanya situasi ancaman ekstrem di Eropa yang tidak akan memicu respons cepat dari pihak kami," tambahnya, seraya mengimbuhkan bahwa komite pengawas akan mengoordinasikan kerja sama antara kedua belah pihak.
Presiden AS Donald Trump "mempertanyakan pembagian beban di NATO dan tawarannya kepada Rusia telah menimbulkan pertanyaan eksistensial di pihak Eropa tentang hubungan trans-Atlantik dan komitmen Washington untuk membantu mempertahankan sekutu-sekutu Eropanya," lapor Reuters pada Jumat (11/7), seraya menyebutkan bahwa penangkalan nuklir utama di pihak Eropa adalah berasal dari AS.
Pada penutupan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) NATO di Den Haag bulan lalu, Macron, yang telah lebih dari sekali menyerukan peningkatan kemandirian Eropa dari AS, mendesak Trump untuk menghentikan ketegangan perdagangan saat para anggota NATO setuju untuk meningkatkan belanja pertahanan.
"Di antara sesama sekutu, kita tidak bisa mengatakan bahwa kita harus menghabiskan lebih banyak pengeluarkan (untuk pertahanan) ... dan mengobarkan perang dagang," kata Macron.
Sejak kembali menjabat, Trump telah mendorong anggota-anggota NATO untuk meningkatkan belanja pertahanan hingga 5 persen dari produk domestik bruto (PDB) per 2035, sebuah target yang dianggap sulit dicapai oleh negara-negara Eropa seperti Spanyol, Belgia, dan Slovakia.

PENGENDALIAN MIGRASI
Starmer dan Macron juga meluncurkan skema baru "one in, one out" yang bertujuan untuk membatasi jumlah migran yang menyeberangi Selat Inggris dengan perahu kecil.
Pada paruh pertama 2025, penyeberangan ilegal melalui Selat Inggris melonjak menjadi lebih dari 20.000, meningkat sekitar 50 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Sebagai bagian dari rencana baru ini, para migran yang tiba di Inggris dengan perahu kecil akan ditahan dan dipulangkan ke Prancis. Sebagai gantinya, Inggris akan menerima individu lain yang datang melalui jalur legal yang baru ditetapkan. Akses masuk hanya akan diberikan bagi mereka yang memenuhi kriteria kelayakan yang ketat dan belum pernah mencoba menyeberang secara ilegal sebelumnya.
"Ini adalah percontohan yang inovatif," ungkap Starmer. "Ini merupakan skema yang dimaksudkan untuk mendobrak model (yang biasa digunakan) dan menyatakan bahwa jika Anda menyeberang dengan perahu kecil, Anda akan berakhir di titik awal."
Macron mengakui bahwa migrasi telah menimbulkan tekanan pada kota-kota di Prancis utara, seperti Calais dan Dunkirk. Dia mengatakan, "Ini bukan anugerah bagi kota-kota tersebut."
Sementara itu, Macron menyalahkan lonjakan penyeberangan ilegal yang terus berlanjut akibat Brexit, seraya menyebutkan bahwa "Banyak orang di negara Anda percaya bahwa Brexit akan mempermudah pengendalian imigrasi ilegal. Namun kenyataannya justru sebaliknya. Karena Inggris tidak lagi memiliki perjanjian migrasi dengan Uni Eropa, tidak ada jalur legal untuk masuk atau kembali setelah seseorang menyeberangi Selat Inggris."
Menanggapi Macron, pendukung Brexit sekaligus pemimpin partai Reform UK Nigel Farage mengatakan, "Macron menuturkan kedua negara sedang merancang masa depan bersama memiliki beberapa kredibilitas, tetapi ujian sesungguhnya terletak pada pewujudan berbagai janji yang diumumkan sebelum dapat dinyatakan bahwa perombakan besar terhadap masa depan sedang terjadi."
"Akan ada masalah berat dalam pengimplementasian di kedua belah pihak," tambah Farage.
Pewarta: Xinhua
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.