Jakarta (ANTARA) - Seiring perjalanan Republik Indonesia, PT Kereta Api Indonesia (Persero) mencatatkan transformasi panjang melalui serangkaian perubahan nama dan status badan hukum. Evolusi ini selain sebagai pergantian nomenklatur, juga sebagai wujud adaptasi KAI terhadap dinamika zaman sekaligus strategi pembangunan nasional. Dari Djawatan Kereta Api (1950), PNKA (1963), PJKA (1971), Perumka (1991), hingga PT Kereta Api (Persero) pada 1998, setiap fase tersebut menegaskan peran KAI sebagai tulang punggung transportasi bangsa.
Pada dekade-dekade awal sebelum hadirnya jalan tol dan penerbangan massal, kereta api menjadi moda transportasi paling andal, menghubungkan antarkota, mendorong pertumbuhan ekonomi, serta mempercepat urbanisasi dan arus informasi di Jawa dan Sumatra. Namun pada era 1990–2000-an, kereta api sempat identik dengan keterlambatan, anjlok, hingga overcapacity.
“Dengan semangat perusahaan dan dukungan pemerintah untuk berbenah, KAI kini menjelma menjadi simbol transformasi, menghadirkan layanan modern dan moda baru seperti Whoosh dan LRT Jabodebek,” ujar Vice President Public Relations KAI Anne Purba.
Transformasi tersebut tercermin dalam capaian kinerja. Ketepatan waktu (on time performance/OTP) rata-rata KAI pada keberangkatan mencapai 99,50% dan kedatangan 96,32% sepanjang Januari-Agustus 2025. Waktu tempuh juga semakin efisien, misalnya Jakarta–Yogyakarta hanya enam jam dan Jakarta–Surabaya tujuh jam 45 menit pada beberapa rangkaian kereta api. Sepanjang Januari–Agustus 2025, KAI Group melayani 328,05 juta pelanggan serta mengangkut 45,26 juta ton barang, membuktikan perannya sebagai lokomotif mobilitas manusia dan logistik nasional.
Modernisasi layanan turut didorong digitalisasi. Aplikasi Access by KAI, boarding face recognition, dan fitur ramah lingkungan menciptakan ekosistem transportasi yang inklusif dan adaptif, sekaligus mendukung pengurangan jejak karbon pelanggan. Peningkatan sarana pun terus dilakukan, mulai dari peremajaan 438 kereta pada 2017, pengadaan 612 kereta new generation mulai 2023 yang dilakukan secara bertahap, hingga inovasi kereta Panoramic, Luxury, dan Compartment Suite buatan dalam negeri.
“Dengan kehadiran layanan premium, digitalisasi end-to-end, serta moda baru seperti Whoosh dan LRT Jabodebek, KAI Group semakin memperkuat posisinya sebagai pelopor transportasi modern yang efisien, ramah lingkungan, dan terintegrasi, mendukung agenda green transportation nasional,” lanjut Anne.
KAI juga memperluas perannya sebagai katalisator ekonomi rakyat. Pada 15 Agustus lalu, KAI melakukan uji dinamis Kereta Petani-Pedagang rute Surabaya Gubeng–Lamongan PP.
“Kereta ini dirancang khusus untuk memudahkan petani dan pedagang mengangkut hasil panen dan dagangan dengan aman, efisien, dan terjangkau. Inisiatif ini menjadi langkah kontribusi KAI dalam menggerakkan ekonomi masyarakat,” tutup Anne.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.