Banjarbaru (ANTARA) - Perum LKBN ANTARA dan ICT Watch Indonesia berkolaborasi meningkatkan literasi digital bagi komunitas informasi dan teknologi (IT) terkait jurnalistik dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) di Banjarbaru, Kalimantan Selatan (Kalsel).
Kepala Perum LKBN ANTARA Biro Kalsel Taufik Ridwan Sodikin di Banjarbaru, Sabtu, memberikan materi terkait etika jurnalistik dalam rangkaian kegiatan Komdiphoria Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) se-Kalsel.
Terkait etika jurnalistik dalam literasi digital, Taufik menjelaskan bahwa jurnalistik merupakan rangkaian aktivitas menyebarkan informasi berbentuk pemberitaan melalui media online, cetak, dan elektronik.
Baca juga: Membangun generasi santri cerdas digital
“Kaidah dan bahasanya berdasarkan kode etik yang telah ditetapkan Dewan Pers,” katanya.
Ia menyampaikan bahwa sesuai kode etik, pemberitaan harus berimbang, tidak menyerang personel, sesuai fakta, tidak menyerang suku, ras dan agama (Sara), narasumber yang jelas.
“Yang lebih penting adalah independen, informasi yang terkonfirmasi tidak memihak salah satu sumber atau pihak manapun, serta sesuai dengan kejadian sebenarnya,” tutur Taufik.
Di tengah tantangan teknologi yang berkembang pesat, Taufik menegaskan bahwa banyak informasi di dunia maya yang sebenarnya bukan berita, tetapi sering dianggap sebagai berita oleh masyarakat.
Padahal, kata dia, informasi yang banyak beredar di konten sosial media tidak sepenuhnya fakta yang, bahkan banyak hoaks yang dengan berbagai maksud dan tujuan tertentu. “Jadi, informasi belum tentu berita, tetapi berita sudah pasti menjadi informasi,” kata Taufik.
Sementara itu, Program Director ICT Watch Indonesia Prasati Dewi memberikan materi terkait kecerdasan buatan. Ia menekankan bahwa pemanfaatan teknologi ini harus bijak dan tidak menerapkan sepenuhnya dalam kehidupan sehari-hari.
“Gunakan AI sebagai alat bantu atas sesuatu yang kita kerjakan. AI jangan dijadikan sebagai pengganti, hanya alat bantu,” ungkapnya.
Kemudian, dalam pemanfaatan AI harus verifikasi informasi, dalam AI tidak semua akurat, karena bagaimanapun teknologi ini hanya buatan manusia. Selain itu, gunakan AI seperlunya dan sewajarnya, maksudnya adalah tidak memasukkan hal-hal ataupun informasi privasi dan rahasia, karena akan berdampak terhadap penyalahgunaan oleh orang-orang yang ingin mengambil keuntungan.
Baca juga: Alasan untuk tidak menunda belajar AI dan koding
Baca juga: Menkomdigi: Kolaborasi pemerintah dan media perkuat literasi digital
Menurut dia, pengguna AI sangat tidak terbatas dan terus mengalami peningkatan, sehingga harus bijak agar tidak memasukkan hal-hal yang bersifat privasi demi keamanan.
“AI tidak bisa menggantikan peran manusia, hanya bersifat sebagai alat bantu untuk mempermudah pekerjaan. Jadi, tidak semua pekerjaan manusia bisa dikerjakan oleh AI, tetap ada kekurangannya,” ujar Prasati.
Dalam kegiatan peningkatan literasi digital ini, Diskominfo Kalsel melibatkan ANTARA dan ICT Watch sebagai narasumber untuk memberikan edukasi kepada para peserta dari Komunitas Informasi Masyarakat (KIM), relawan TIK, perusahaan swasta yang bergerak di bidang IT, serta masyarakat umum yang turut meramaikan kegiatan Komdiphoria 2025 Diskominfo se-Kalsel.
Pewarta: Tumpal Andani Aritonang
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.