Jakarta (ANTARA) - Georpark Nasional Sianok-Maninjau yang baru saja diverivikasi badan PBB Unesco dan memenuhi syarat menjadi bagian UNESCO Global Geopark, dikembangkan melalui tiga pilar utama.
Manajer Umum Badan Pengelola Geopark Nasional Sianok-Maninjau Zuhrizul dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis, mengatakan bahwa pilar pertama adalah konservasi lingkungan dan warisan geologi, kemudian adanya edukasi dan riset yang memperkaya literasi publik. Terakhir adalah ekonomi berkelanjutan yang menyejahterakan masyarakat lokal.
"Kita punya geoheritage kelas dunia, mulai dari patahan Semangko hingga sistem kaldera Danau Maninjau yang menyimpan jejak peradaban dan potensi edukatif," kata Zuhrizul.
Baca juga: Kaya sejarah, Geopark Sianok-Maninjau berpotensi diakui UNESCO
mencakup Sesar Besar Sumatera, sesar geser dekstral sepanjang sekitar 1.900 km yang terbentuk akibat zona subduksi lempeng Indo-Australia dan Eurasia.
Sesar tersebut berperan penting dalam pembentukan morfologi Pulau Sumatera dan menjadi pemicu utama aktivitas gempa bumi di wilayah tersebut.
Kawasan taman bumi ini juga mencakup Danau Maninjau, danau vulkanik yang terbentuk dari letusan dahsyat gunung api purba.
Letusan gunung api itu memuntahkan material piroklastik yang membentuk kaldera raksasa, yang kemudian terisi air dan menjadi danau. Tanah vulkanik di sekitarnya kini menjadi media yang subur.
Anggota tim pakar geologi Geopark Nasional Sianok-Maninjau Bodal mengatakan bahwa proses vulkanik yang membentuk Danau Maninjau tidak hanya menciptakan keindahan lanskap, tapi juga potensi penelitian geologi.
"Ini adalah laboratorium alam hidup yang harus terus dijaga dan dimanfaatkan secara bijak," katanya.
Kawasan Geopark Sianok-Maninjau tidak hanya memiliki keindahan alam, tetapi menyimpan pengetahuan geologis luar biasa dan punya pengaruh besar bagi kehidupan masyarakat sekitarnya.
Ketua Badan Pengelola Geopark Nasional Sianok-Maninjau Fadli mengemukakan pentingnya menyusun narasi geologi kawasan yang mudah dipahami berdasarkan fakta dan bukti ilmiah.
"Salah satu tantangan utama kita adalah menyatukan cerita ilmiah dari setiap geosite agar bisa diakses masyarakat luas," kata Fadli, yang juga dosen geologi di Universitas Negeri Padang.
Baca juga: Sumatera Barat jajaki dua geopark jadi UNESCO Global Geopark
Baca juga: Pelaku wisata harapkan geopark Dieng dukung pengembangan pariwisata
Baca juga: Legislator: Momentum Raja Ampat perkuat komitmen RI pada geopark dunia
Pewarta: Sri Dewi Larasati
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.