Bandung (ANTARA) - Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengajak dalam 70 tahun peringatan Konferensi Asia Afrika, Gedung Merdeka sebagai tempat berlangsungnya peristiwa itu, haruslah dianggap sebagai jantung sejarah, lebih dibandingkan hanya sebagai gedung tua bersejarah.
Gedung Merdeka, lanjut dia, dalam peringatan Hari Warisan Dunia di Gedung Merdeka Bandung Senin, perlu dijaga keberadaannya lewat berbagai upaya yang dilakukan, termasuk usaha untuk memasukannya ke daftar tentatif Warisan Budaya Dunia UNESCO, mengingat gedung ini merekam lahirnya semangat persatuan bangsa-bangsa tertindas melawan kolonialisme.
Baca juga: PFI Bandung gelar pameran foto "Bandung Spirit" peringati 70 Tahun KAA
"Gedung ini melambangkan kebangkitan bangsa tertindas. Dan peringatan KAA ini tidak hanya mengenang peristiwa 70 tahun lalu, tetapi lebih penting lagi menjiwai nilai-nilai Dasa Sila Bandung, semangat menghormati kedaulatan, memperjuangkan perdamaian, hak asasi manusia, dan melawan imperialisme. Nilai-nilai yang masih sangat relevan hari ini, di tengah dunia yang kembali bergejolak," kata Fadli.
Dewasa ini, menurut Fadli, warisan budaya dunia kini berada di bawah ancaman bencana alam dan konflik bersenjata, seperti tragedi yang tengah melanda Palestina, di mana ratusan situs bersejarah di Gaza hancur akibat agresi militer Israel yang masih terjadi hingga saat ini.
Baca juga: Menbud harapkan Gua Jepang di Kupang jadi cagar budaya
"Ini adalah cultural genocide, penghancuran sistematis terhadap identitas dan sejarah sebuah bangsa. Dulu Shimon Peres muda harus buat visa untuk ke Palestina itu bukti eksistensi Palestina. Kita beruntung Indonesia konsisten membela kemerdekaan Palestina sejak dulu hingga kini, dari presiden, parlemen, hingga masyarakat sipil," katanya.
Hari Warisan Dunia yang diperingati sejak 1983, kata Fadli, bukan hanya seremonial, tapi mengingatkan bahwa situs fisik, memori kolektif, dan nilai-nilai luhur adalah jembatan hidup antargenerasi dan antarperadaban.
Sama halnya seperti Gedung Merdeka, yang juga menyimpan Arsip KAA yang telah diinskripsi sebagai Memory of the World, dan kini menjadi simbol penting bagi diplomasi budaya Indonesia.
"Karena itu, kami mendukung penuh langkah Pemkot Bandung untuk mengajukan Jalan Asia Afrika dan Gedung Merdeka sebagai Warisan Dunia. Karena Bandung adalah kota diplomasi. Di sini, bangsa-bangsa Asia dan Afrika pernah berdiri sejajar memperjuangkan hak menentukan nasib sendiri," katanya.
Baca juga: Menbud: Film jadi diplomasi dan citra perkembangan budaya Indonesia
Dia menyebut, UUD 1945, khususnya Pasal 32 ayat 1, tugas konstitusional negara untuk memajukan kebudayaan nasional di tengah peradaban dunia, bukan hanya melestarikan, tetapi juga menghidupkan nilai-nilai budaya Indonesia di era globalisasi.
Dia menyebut, Indonesia saat ini telah memiliki 16 warisan budaya yang diakui UNESCO, mulai dari wayang, keris, hingga gamelan dan pemerintah terus mendorong lebih banyak lagi budaya Indonesia untuk mendapat pengakuan dunia sebagai bentuk penguatan identitas nasional.
Sementara di tengah dunia yang penuh ketidakpastian geopolitik, Fadli Zon menyerukan pentingnya menyalakan kembali semangat yang digaungkan 29 negara Asia dan Afrika yang berkumpul di Bandung untuk menegaskan prinsip-prinsip keadilan, kedaulatan, dan kemanusiaan.
"Kita ingin Indonesia kembali menjadi pemimpin di Asia dan Afrika. Bukan sekadar pengikut, tetapi bangsa yang berani mewarnai arah dunia," ujarnya.
Semangat Bandung Spirit, katanya, harus dihidupkan kembali tidak hanya untuk mengenang masa lalu, melainkan untuk membangun masa depan yang lebih adil dan beradab.
"Warisan budaya adalah denyut nadi peradaban. Mari kita jaga semangat Bandung tetap menyala," kata Fadli Zon.
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2025