Jakarta (ANTARA) - Green Climate Fund (GCF) mengucurkan dana sebanyak 103,78 juta dolar AS untuk membiayai penanganan perubahan iklim di Indonesia.
"Dari Green Climate Fund kita mendapat 103,78 juta dolar untuk 38 provinsi," kata Wakil Menteri Lingkungan Hidup Diaz Hendropriyono dalam acara Penandatanganan Perjanjian Penyaluran Dana RBP REDD+ for Result Period 2014 - 2016 GCF Output 2, di Jakarta, Kamis.
Dana pembiayaan tersebut digunakan untuk aksi iklim di tingkat nasional maupun daerah.
Pembiayaan dilaksanakan dalam tiga gelombang.
Gelombang pertama dikucurkan sebesar Rp251 miliar untuk aksi iklim di sembilan provinsi.
Gelombang kedua disalurkan Rp256 miliar untuk 15 provinsi.
"Kali ini adalah batch kedua. Batch kedua ini ada 15 provinsi, jumlahnya sekitar Rp256 miliar untuk membantu daerah melaksanakan aksi iklim," kata Diaz Hendropriyono.
Dan selanjutnya gelombang ketiga untuk aksi iklim di 14 provinsi.
Diaz Hendropriyono menyampaikan tiap provinsi mendapatkan dana bervariasi mulai dari 250 ribu dolar AS hingga 5 juta dolar AS.
"(Pembiayaan) yang terbesar di beberapa provinsi di Kalimantan itu ada yang mendapat sekitar 4 juta dolar AS atau 5 juta dolar AS. Yang terbesar di Kalteng (Kalimantan Tengah)," katanya.
Sementara Kepala Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) Joko Tri Haryanto berharap dana pembiayaan dari GCF bisa menjadi jembatan bagi pemerintah daerah untuk mendorong masuknya investasi guna pembiayaan aksi iklim berikutnya.
"Dana GCF Output 2 tentu diharapkan dapat menjadi katalis atau jembatan bagi pemerintah daerah untuk mendorong masuknya investasi berikutnya, untuk mengakses RBP (Results Based Payment), mendukung pelaporan dari GRK (gas rumah kaca), dan sekaligus ut mendukung pencapaian dari Nationally Determined Contribution (NDC) 2030," kata Joko Tri Haryanto.
Baca juga: KKI Warsi-Pemprov Bengkulu manfaatkan dana GCF selamatkan hutan
Baca juga: UNDP-WHO dukung Indonesia bangun sistem kesehatan tahan iklim
Baca juga: KLHK tegaskan dana RBP digunakan untuk kinerja pengurangan emisi
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.